settings icon
share icon
Pertanyaan

Siapakah manusia dalam pandangan Allah?

Jawaban


Dalam pandangan Allah, manusia adalah perhatian utama dan objek dari kasih dan belas kasihan-Nya. Dalam Mazmur 8:4-9, Daud mengagumi keagungan Allah sebagai Pencipta alam semesta yang memperhatikan manusia dengan penuh perhatian: "Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan."

Dibandingkan dengan kebesaran Allah, manusia itu kecil dan tidak berarti. Dalam ayat di atas, kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai "manusia" merujuk kepada umat manusia secara umum dan menggarisbawahi ketidakkekalan dan kelemahan manusia. Namun demikian, dalam pandangan Allah, manusia sangat berharga dan sangat dikasihi (Ulangan 7:6; Mazmur 103:13; Matius 6:25-33).

Alasan mengapa Allah sangat menghargai manusia adalah karena Dia menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya (lihat Kejadian 1:26-27; 9:6; Efesus 4:24). Ini tidak berarti bahwa kita secara fisik mirip dengan Allah, tetapi kita diciptakan untuk menyerupai dan mencerminkan gambar Allah secara mental, moral, dan sosial. Allah membedakan manusia dari binatang untuk berkuasa atas ciptaan-Nya (Kejadian 1:28; bdk. Mazmur 8:6-8). Di mata Allah, manusia dipercayakan untuk mengelola dan merawat bumi dan segala isinya dengan baik. Manusia memiliki kecerdasan untuk berpikir dan memilih, yang mencerminkan kecerdasan dan kebebasan kehendak Allah. Kita diciptakan untuk meniru kekudusan Allah dan mencerminkan sifat tritunggal-Nya melalui kerinduan bawaan kita untuk menjalin hubungan dan membangun komunitas. Sejak awal, Allah merancang kita untuk menjadi wakil-Nya di dunia dan memiliki kuasa atas setiap makhluk lainnya.

Sayangnya, kita sebagai manusia cenderung memiliki pandangan yang salah tentang diri kita sendiri. Kita sering kali menghargai diri kita terlalu tinggi, tanpa menyadari ketidakberdayaan kita tanpa Allah. Kita "menganggap dirimu sendiri bijak" (Amsal 3:7; lihat juga Amsal 12:15), tetapi Allah melihat kita apa adanya (Amsal 16:2). Kita mungkin berpikir bahwa kita mandiri, aman secara finansial, dan memiliki semua yang kita butuhkan. Tetapi tanpa Allah, kita adalah "melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang" (Wahyu 3:17).

Allah merendahkan hati umat Israel di padang gurun, memberi mereka makan manna agar mereka belajar untuk percaya dan bergantung kepada-Nya dan Firman-Nya setiap hari untuk memenuhi setiap kebutuhan mereka (Ulangan 8:3; Matius 4:4). Dia melakukan hal yang sama bagi kita hari ini (Yohanes 15:4-5; 2 Korintus 3:4-5; Filipi 4:11-19). Allah ingin kita bergantung sepenuhnya kepada-Nya untuk segala sesuatu dalam hidup ini (2 Korintus 6:17-18; Ayub 12:10; 34:14-15; Kisah Para Rasul 17:24-28).

Begitu berharganya manusia di mata Allah sehingga Bapa mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk mati di kayu salib supaya "setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16). Kita tidak berdaya dan tidak memiliki harapan untuk menyelamatkan diri kita sendiri (Yohanes 6:44; Roma 3:10-18; Efesus 2:8-9, 12). Karena itulah, Yesus merendahkan diri-Nya dan menjadi seorang manusia (Ibrani 2:7, 9). Dia memilih untuk mengalami penderitaan dan kematian, sama seperti kita. Yesus telah "mengalami maut bagi semua manusia" (ayat 9). Dia mengambil sifat kita dan menjadi sama seperti kita, tanpa dosa dan pemberontakan yang menodai keberadaan kita. Melalui kematian-Nya, Yesus mematahkan kuasa maut bagi kita (Ibrani 2:14-15) sehingga kita dapat mengalami hidup yang kekal (Yohanes 11:25-26; 1 Yohanes 5:11-12, 20; Roma 5:21; Ibrani 5:9).

Ketika kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita diberi hak untuk menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12-13). Melalui iman kepada Yesus Kristus, kita menjadi anak-anak Allah (Galatia 3:26; 4:4-5). Dalam pandangan Allah, setiap pria atau wanita yang ada di dalam Kristus telah diampuni, dibersihkan, dan dibebaskan dari kekuasaan dosa (1 Yohanes 1:7-9; Efesus 1:7; Roma 8:1; Galatia 5:1; Yohanes 8:36). Allah sekarang melihat kita sebagai orang benar, kudus, dan ditebus di dalam Yesus Kristus (1 Korintus 1:30; 2 Korintus 5:21; Roma 3:21-22).

English



Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia

Siapakah manusia dalam pandangan Allah?
Bagikan halaman ini: Facebook icon Twitter icon Pinterest icon Email icon
© Copyright Got Questions Ministries