settings icon
share icon
Pertanyaan

Apa artinya Allah memilih hal-hal yang bodoh untuk memalukan orang-orang yang berhikmat (1 Korintus 1:27)?

Jawaban


Dalam memilih sebuah tim, kriteria yang digunakan sering kali mencakup kemampuan, status, dan sejarah kesuksesan seseorang. Namun, ukuran kesuksesan dunia berbeda dengan ukuran Allah. Allah tidak membutuhkan kecerdasan, kemampuan, kekuasaan, atau status untuk menjadi orang percaya. Mereka yang datang kepada Kristus berada dalam "tim"-Nya karena kasih karunia melalui iman (Efesus 2:8-9). Bahkan, Allah memilih hal-hal yang bodoh untuk mengacaukan orang-orang yang berhikmat, atau, seperti yang diterjemahkan dalam NIV, Dia "memilih hal-hal yang bodoh di dunia untuk memalukan orang-orang yang berhikmat" (1 Korintus 1:27).

Sebelumnya, Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa pesan salib menyatukan mereka (1 Korintus 1:10-17). Percaya kepada kematian dan kebangkitan Yesus untuk pengampunan dosa membawa semua orang percaya ke dalam keluarga yang sama, tim yang sama. Tidak ada kualifikasi eksternal lainnya-status, kekayaan, kecerdasan, kebangsawanan, ketenaran, atau apa pun-yang mendefinisikan kita. Segala sesuatu yang lain menjadi nomor dua setelah status kita di dalam Kristus: "Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus." (Galatia 3:28). "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa" (1 Korintus 1:18), tetapi Allah, dalam hikmat-Nya yang tak terbatas, memilih hal-hal yang bodoh untuk mengacaukan orang-orang yang berhikmat.

Walaupun berita Injil tampak bodoh bagi dunia, "tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah" (1 Korintus 1:18). Dunia yang tidak percaya melihat kematian Kristus di kayu salib sebagai sesuatu yang bodoh, melihatnya sebagai tanda kelemahan atau bukti kejahatan; namun, di sinilah Allah memilih hal-hal yang bodoh untuk mengacaukan orang-orang yang berhikmat. Melalui kematian Kristus, kita memiliki pengampunan dosa dan hidup yang kekal. Pesan Injil ini cukup sederhana sehingga seorang anak kecil pun dapat memahaminya. Dalam Matius 11:25, Yesus memuji Bapa karena Dia telah menyembunyikan "bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil." Kebenaran Allah tidaklah bodoh; kebenaran itu memiliki nilai yang tak terbatas dan membawa kehidupan bagi semua orang yang percaya.

Rencana keselamatan Allah begitu sederhana, begitu mengejutkan, sehingga orang-orang terpelajar di dunia ini sering melewatkannya. Keselamatan tidak datang melalui kemampuan manusia untuk bernalar; kita tidak dapat berpikir dengan cara kita sendiri untuk masuk surga: "Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil" (1 Korintus 1:20-21).

Bukan hanya pesan Allah yang tampak bodoh bagi dunia yang tidak percaya, tetapi juga bagi umat Allah: "Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat" (1 Korintus 1:26-27).

Alkitab menasihati kita untuk tidak menjadi bijak menurut pandangan kita sendiri (Amsal 3:7). Sebaliknya, kita harus dengan rendah hati menundukkan diri kita kepada Allah dan kebenaran-Nya. Kita mungkin terlihat bodoh di mata dunia, tetapi inilah jalan menuju hikmat yang sejati (Amsal 1:7; 9:10). "Allah telah memilih [untuk tujuan-Nya] apa yang bodoh di dunia ini untuk mempermalukan orang-orang yang berhikmat [menyatakan ketidaktahuan mereka]" (1 Korintus 1:27 dalam terjemahan AMP). Allah menggunakan hal-hal yang bodoh dan orang-orang yang bodoh untuk mengacaukan orang-orang yang bijak - setidaknya mereka yang berpikir bahwa mereka bijak.

"Karena hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. . . . Tuhan mengetahui rancangan-rancangan orang berhikmat; sesungguhnya semuanya sia-sia belaka" (1 Korintus 3:19-20). Ada perbedaan antara hikmat duniawi dan hikmat ilahi (Yakobus 3:13-17). Hikmat duniawi dicirikan dengan menyenangkan diri sendiri atau mengikuti apa yang dianggap terbaik menurut penilaiannya sendiri. Hikmat duniawi sama sekali tidak mementingkan penghormatan kepada Allah. Bagi dunia, orang percaya adalah orang yang bodoh dan lemah. Namun, Allah memang menggunakan hal-hal bodoh dari dunia untuk membingungkan orang bijak dan hal-hal lemah untuk mempermalukan orang kuat. Seseorang tidak diselamatkan dengan mengikuti hikmat duniawi, tetapi dengan mempercayai apa yang tampaknya bodoh bagi dunia (1 Korintus 1:20-21).

Allah menggunakan hal-hal yang bodoh untuk mengacaukan orang-orang berhikmat, yaitu Dia menggunakan apa yang dianggap bodoh oleh dunia untuk menunjukkan bahwa apa yang disebut hikmat dunia tidak seperti yang dibayangkan. Hikmat Allah melalui keselamatan tersedia bagi semua orang: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16). Dengan kasih karunia Allah, semua orang yang merendahkan diri dan percaya kepada-Nya akan menerima hikmat yang kekal.

English



Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia

Apa artinya Allah memilih hal-hal yang bodoh untuk memalukan orang-orang yang berhikmat (1 Korintus 1:27)?
Bagikan halaman ini: Facebook icon Twitter icon Pinterest icon Email icon
© Copyright Got Questions Ministries