settings icon
share icon
Pertanyaan

Apakah Yesus itu kaya/ kaya raya?

Jawaban


Sebagai pribadi kedua dari Tritunggal, Yesus sama kayanya dengan Tuhan yang kaya. Memang, Tuhan kita memiliki segala sesuatu dan memiliki segala kuasa, otoritas, kedaulatan, kemuliaan, kehormatan, dan keagungan (Yesaya 9:6; Mikha 5:2; Yohanes 1:1, 8:58, 10:30, 17:5; Kolose 1:15-18, 2:9-10; Ibrani 1:3). Namun, selama Yesus berada di bumi, Dia dengan rela melepaskan kekayaan kekal-Nya dan sebagian besar hak istimewa keilahian-Nya. Dengan menjadi miskin, Tuhan kita mengambil sifat seorang hamba yang hina dan rendah hati (Zakharia 9:9; 2 Korintus 8:9; Filipi 2:6-8). Dan pada saat Juruselamat kita menanggung siksaan di kayu salib bagi kita, harta benda duniawi-Nya tidak lebih dari pakaian di badan-Nya yang dibagi-bagi oleh para prajurit yang menyalibkan-Nya.

Sayangnya, ada banyak pengkhotbah kemakmuran saat ini yang ingin Anda percaya bahwa Yesus kaya ketika berada di bumi dan bahwa Tuhan tidak menginginkan apa pun selain melimpahi anak-anak-Nya dengan berkat-berkat materi yang berlimpah. Lagi pula, Yesus yang kaya tentu akan lebih mudah bagi mereka untuk meyakinkan jemaatnya bahwa Tuhan ingin mereka menjadi kaya juga. Namun, Yesus Kristus yang kaya secara materi sama sekali tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab. Bahkan pemeriksaan sepintas terhadap Alkitab akan menghilangkan gagasan bahwa Juruselamat kita kaya dalam arti duniawi. Selama pelayanan publik-Nya, Kristus dan murid-murid-Nya sepenuhnya bergantung pada keramahan orang lain saat mereka melayani dari satu kota ke kota lain (Matius 10:9-10). Seperti yang Yesus katakan kepada seorang calon pengikut-Nya, "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya" (Lukas 9:58).

Maka, sangat disayangkan bahwa ajaran yang salah tentang kekayaan Kristus dan "injil keserakahan" yang menyertainya telah mendapatkan pijakan di dalam gereja-gereja saat ini. Namun, seperti yang Salomo ajarkan dengan tepat, "tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari" (Pengkhotbah 1:9), karena kita dapat melihat bahwa Paulus juga membahas hal yang sama di dalam jemaatnya: "Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, supaya kamu waspada terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu terima, menimbulkan perpecahan dan godaan. Sebab itu hindarilah mereka! Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya" (Roma 16:17-18).

Komentar singkat Paulus dalam suratnya yang pertama kepada Timotius mengenai mereka yang berpikir bahwa kesalehan adalah sarana untuk mendapatkan keuntungan finansial menangkap esensi dari berbagai ajaran Kristus tentang bahaya yang menyertai hati yang tertuju pada penumpukan harta duniawi: "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka" (1 Timotius 6:9-10).

Memang, Perjanjian Baru dipenuhi dengan pelajaran di mana Yesus menegur orang kaya dan memuji orang miskin. Dia mengajarkan kita untuk "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu" (Lukas 12:15). Dan Dia mengajarkan kita untuk "janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya" (Matius 6:19-21). Tuhan kita, yang mengetahui hati manusia, sadar akan tipu daya kekayaan dan betapa besar batu sandungan yang dapat ditimbulkannya. Peribahasa dari Amsal 30:9, yang menyatakan, "Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa TUHAN itu?," bergema di seluruh Firman Tuhan. Dengan demikian, akan menjadi sebuah paradoks yang aneh - dan tentu saja akan melemahkan pesan Injil - jika Yesus Kristus adalah anggota dari golongan orang kaya yang, seperti yang Ia nyatakan, "sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga" (Matius 19:23).

English



Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia

Apakah Yesus itu kaya/ kaya raya?
Berlangganan

Pertanyaan Minggu Ini

Bagikan halaman ini: Facebook icon Twitter icon Pinterest icon Email icon
© Copyright Got Questions Ministries