Pertanyaan

Apakah yang dimaksud dengan teologi eksegetis?

Jawaban
Teologi eksegetis adalah cabang dari studi teologi yang secara kritis menafsirkan dan menjelaskan teks-teks Alkitab. Eksegetis berasal dari kata Yunani exégeomai, yang berarti "menuntun keluar" atau "menarik keluar". Teologi eksegetis menuntun dan menarik keluar makna Alkitab dengan menganalisis bahasa, konteks, dan latar belakang historis dari suatu teks. Ini adalah latihan yang setia untuk "berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu" (2 Timotius 2:15).

Tujuan dari Teologi eksegetis

Teologi eksegetis bertujuan untuk menyingkap maksud asli dari para penulis Alkitab dan menerapkan kebenaran Tuhan dalam kehidupan kita tanpa mengubah maknanya.

- Memahami teks membutuhkan pemeriksaan tata bahasa, sintaksis, dan kosakata dari ayat-ayat Alkitab untuk mengungkapkan maknanya secara tepat.

- Kita harus mempertimbangkan konteks sastra, sejarah, dan budaya dari ayat-ayat tersebut untuk menghindari kesalahan penafsiran.

- Setelah makna asli dari teks tersebut dipahami, kita dapat menerapkan kebenarannya.

Dasar Alkitabiah untuk Teologi Eksegetis

Alkitab mendukung penafsiran yang setia. Dalam 2 Timotius 2:15, rasul Paulus menulis, "Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu." Diperlukan studi yang tekun untuk penafsiran dan penerapan yang setia.

Metode-metode Teologi Eksegesis

Teologi eksegetis menggunakan beberapa metode untuk penafsiran dan penerapan yang setia:

1. Analisis Tata Bahasa: Memahami bahasa-bahasa dalam Alkitab (Ibrani dan Yunani) sangatlah penting. Sebagai contoh, kata Yunani agape (biasanya diterjemahkan "kasih") dalam 1 Korintus 13 mengacu pada kasih tanpa syarat, tanpa pamrih, dan pengorbanan yang Tuhan tunjukkan kepada kita dan yang harus kita tunjukkan kepada orang lain.

1. Analisis Historis-Budaya: Konteksnya adalah raja. Sebagai contoh, dalam Yeremia 29:11, Tuhan menyatakan, "Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." Janji Tuhan di sini dimaksudkan untuk menguatkan orang-orang buangan Yahudi di Babel.

2. Analisis Sastra: Kitab Suci mengandung berbagai genre sastra yang berbeda: narasi, puisi, hikmat, nubuat, injil, surat-surat, dan akhir zaman (Lawrenz, M., "The Many Genres of Scripture," Bible Gateway Blog, 3/3/16). Mengidentifikasi genre suatu bagian Alkitab akan menghindari kebingungan. Metode yang berbeda harus digunakan ketika menafsirkan Mazmur, misalnya, dibandingkan dengan metode yang digunakan untuk Surat-surat Paulus.

3. Koherensi Alkitabiah dan Teologis: Teologi eksegetis memastikan bahwa "Kitab Suci menafsirkan Kitab Suci." Jika penafsiran kita terhadap suatu ayat tidak sesuai dengan ayat-ayat lainnya, maka ada sesuatu yang salah. Kita harus menyesuaikan pemahaman kita, bukan teksnya.

Contoh-contoh Penafsiran

- Yohanes 1:1 - "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah."

Analisis gramatikal dan sintaksis dari Yohanes 1:1 mengungkapkan keilahian Kristus. Kristus adalah Firman Allah yang kekal dan sudah ada sebelum dunia ini ada (bdk. Kolose 1:16).

- Kejadian 1:26 - "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita."

Kata ganti jamak kita mungkin mengisyaratkan adanya dewan ilahi, tetapi lebih mungkin merupakan wahyu tentang Trinitas. Di dalam Perjanjian Lama, Tritunggal adalah "harta yang tersembunyi di ladang" (Swain, S., "Is the Trinity in Genesis 1?", www.thegospelcoalition.org, 1/1/20, diakses 2/26/24).

- Roma 12:2 - "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu."

Paulus memanggil orang-orang percaya untuk hidup berlawanan dengan budaya. Kata kerja Yunani metamorphouste ("berubah") menunjukkan sebuah proses pengudusan yang berkelanjutan dan menjadi semakin serupa dengan Kristus.

Tantangan-tantangan dalam Teologi Eksegesis

Meskipun teologi eksegetis memiliki banyak manfaat, teologi eksegetis juga memiliki beberapa tantangan. Berikut adalah beberapa di antaranya:

- Hambatan Linguistik: Mempelajari bahasa Ibrani dan Yunani membutuhkan studi yang mendalam

- Jarak Budaya: Orang-orang percaya masa kini mungkin mengalami kesulitan untuk memahami praktik-praktik sejarah dan budaya pada zaman Alkitab

- Bias Teologis: Para penafsir mungkin membaca keyakinan teologis mereka ke dalam teks dan bukannya membiarkan teks membentuk teologi mereka.

Para penerjemah dapat menggunakan leksikon dan tafsiran untuk mengatasi tantangan-tantangan ini. Namun, sumber daya yang paling penting adalah Roh Kudus, yang menolong kita membaca, memahami, dan menerapkan Alkitab (1 Korintus 2:1-16).

Teologi eksegetis sangat diperlukan untuk penafsiran dan penerapan Alkitab yang setia. Metode-metodenya memberi kita alat untuk memahami Firman Tuhan secara akurat dan tepat. Seperti yang dinyatakan oleh Daud, "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku" (Mazmur 119:105).