Pertanyaan
Apa artinya semua yang diciptakan Allah itu baik (1 Timotius 4:4)?
Jawaban
Rasul Paulus adalah pembimbing Timotius (1 Timotius 1:2). Ia menulis surat kepada Timotius untuk membantu membimbingnya dalam pelayanan dan, secara khusus, untuk menghadapi guru-guru palsu yang merongrong gereja di Efesus. Penekanan Paulus dalam 1 Timotius 4 adalah mempertahankan kebenaran Firman Tuhan. Guru-guru palsu menyebarkan sistem agama legalistik yang melarang pernikahan dan memaksa orang untuk "menjauhkan diri dari makanan tertentu" untuk mendapatkan perkenanan Tuhan (1 Timotius 4:3). Paulus melawan doktrin palsu ini dengan kebenaran-bahwa Tuhan menciptakan pernikahan, dan makanan harus diterima "dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran. Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatupun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa" (ayat 3-5).
Guru-guru palsu di Efesus mencampurkan asketisme Timur dengan hukum Taurat Yahudi, menciptakan pendekatan berbasis perbuatan terhadap kebenaran. Mereka percaya bahwa kekudusan hanya dapat dicapai melalui pantang. Paulus telah menentang ajaran-ajaran palsu yang serupa dalam Kolose 2:8-23 dan Roma 14:13-23. Penegasannya dalam 1 Timotius 4:4 bahwa "semua yang diciptakan Allah itu baik" membawa pembaca kembali ke kisah penciptaan dalam Kejadian 1, di mana Tuhan melihat karya ciptaan-Nya dan tujuh kali menyatakan bahwa semuanya itu baik. Kata yang diterjemahkan dalam 1 Timotius 4:4 sebagai "baik" (kalon dalam bahasa Yunani asli) berarti "memiliki kualitas yang diinginkan atau positif, terutama yang sesuai untuk suatu hal yang ditentukan." Definisi ini menyiratkan bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan memiliki tujuan atau fungsi dan bermanfaat untuk memenuhi maksud yang Dia rancang.
Guru-guru palsu menyatakan bahwa hidup melajang - tidak berhubungan seks - adalah jalan yang lebih rohani daripada pernikahan. Namun, Paulus mendukung pernikahan, dengan memberitahukan kepada Timotius bahwa para pemimpin gereja harus memupuk pernikahan yang saleh (1 Timotius 3:2, 12). Tuhan sendiri menetapkan pernikahan, dengan berkata, "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia" (Kejadian 2:18; lihat juga Kejadian 2:24). Yesus mengesahkan pernikahan sebagai bagian dari rencana Tuhan bagi umat manusia (Matius 19:1-9), tetapi Ia juga menganggap bahwa melajang adalah sebuah karunia dan panggilan. Beberapa orang dikaruniai Tuhan untuk tetap melajang, sementara yang lain dipanggil untuk menikah (Matius 19:10-12; lihat juga 1 Korintus 7:7, 9; Yeremia 16:2; 1 Timotius 5:11-14).
Paulus juga mengatakan kepada Timotius, "Semua yang diciptakan Allah itu baik," untuk melawan desakan guru-guru palsu untuk menolak atau menjauhkan diri dari makanan tertentu. Paulus mengajarkan jemaat di Korintus, "Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan" (1 Korintus 8:8). Ia mengatakan kepada jemaat di Roma, "Aku tahu dan yakin dalam Tuhan Yesus, bahwa tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri" (Roma 14:14). Yesus menegaskan bahwa "segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya" (Markus 7:18). Yang menajiskan seseorang adalah apa yang ada di dalam - kondisi hati seseorang.
Legalisme bertentangan dengan Injil dan hanya berurusan dengan hal-hal lahiriah. Tidak seorang pun dapat menjadi kudus atau benar di hadapan Tuhan melalui pantangan atau dengan menaati peraturan dan hukum yang dibuat-buat (Roma 3:20; 9:31-32; Galatia 3:10-11). Hanya sentuhan Tuhan pada hati seseorang yang dapat menyucikannya dan membuatnya benar di hadapan Tuhan (Mazmur 51:1-10; Roma 10:10). Hanya melalui iman kepada Yesus Kristus dan pengampunan serta penyucian yang ditawarkan melalui pengorbanan tubuh-Nya di kayu salib, kita dapat disucikan (Yohanes 17:19; Efesus 5:25-27; Roma 3:28; Ibrani 13:12).
Bersama dengan banyak karunia lainnya, Tuhan menciptakan kepuasan seksual dalam pernikahan, dan Dia memberi kita makanan untuk dinikmati (Kidung Agung 4:3-15; 1 Korintus 7:4-5; Pengkhotbah 3:13). Alkitab membuktikan kebenaran-kebenaran ini. Firman Tuhan dan doa-doa syukur kita menguduskan segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan sebagai sesuatu yang baik dan sesuai dengan tujuan-Nya. Kita tidak boleh menolak hal-hal ini, tetapi kita harus menerima "setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna" (Yakobus 1:17) dengan ucapan syukur dan doa.
Guru-guru palsu di Efesus mencampurkan asketisme Timur dengan hukum Taurat Yahudi, menciptakan pendekatan berbasis perbuatan terhadap kebenaran. Mereka percaya bahwa kekudusan hanya dapat dicapai melalui pantang. Paulus telah menentang ajaran-ajaran palsu yang serupa dalam Kolose 2:8-23 dan Roma 14:13-23. Penegasannya dalam 1 Timotius 4:4 bahwa "semua yang diciptakan Allah itu baik" membawa pembaca kembali ke kisah penciptaan dalam Kejadian 1, di mana Tuhan melihat karya ciptaan-Nya dan tujuh kali menyatakan bahwa semuanya itu baik. Kata yang diterjemahkan dalam 1 Timotius 4:4 sebagai "baik" (kalon dalam bahasa Yunani asli) berarti "memiliki kualitas yang diinginkan atau positif, terutama yang sesuai untuk suatu hal yang ditentukan." Definisi ini menyiratkan bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan memiliki tujuan atau fungsi dan bermanfaat untuk memenuhi maksud yang Dia rancang.
Guru-guru palsu menyatakan bahwa hidup melajang - tidak berhubungan seks - adalah jalan yang lebih rohani daripada pernikahan. Namun, Paulus mendukung pernikahan, dengan memberitahukan kepada Timotius bahwa para pemimpin gereja harus memupuk pernikahan yang saleh (1 Timotius 3:2, 12). Tuhan sendiri menetapkan pernikahan, dengan berkata, "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia" (Kejadian 2:18; lihat juga Kejadian 2:24). Yesus mengesahkan pernikahan sebagai bagian dari rencana Tuhan bagi umat manusia (Matius 19:1-9), tetapi Ia juga menganggap bahwa melajang adalah sebuah karunia dan panggilan. Beberapa orang dikaruniai Tuhan untuk tetap melajang, sementara yang lain dipanggil untuk menikah (Matius 19:10-12; lihat juga 1 Korintus 7:7, 9; Yeremia 16:2; 1 Timotius 5:11-14).
Paulus juga mengatakan kepada Timotius, "Semua yang diciptakan Allah itu baik," untuk melawan desakan guru-guru palsu untuk menolak atau menjauhkan diri dari makanan tertentu. Paulus mengajarkan jemaat di Korintus, "Makanan tidak membawa kita lebih dekat kepada Allah. Kita tidak rugi apa-apa, kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa, kalau kita makan" (1 Korintus 8:8). Ia mengatakan kepada jemaat di Roma, "Aku tahu dan yakin dalam Tuhan Yesus, bahwa tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri" (Roma 14:14). Yesus menegaskan bahwa "segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya" (Markus 7:18). Yang menajiskan seseorang adalah apa yang ada di dalam - kondisi hati seseorang.
Legalisme bertentangan dengan Injil dan hanya berurusan dengan hal-hal lahiriah. Tidak seorang pun dapat menjadi kudus atau benar di hadapan Tuhan melalui pantangan atau dengan menaati peraturan dan hukum yang dibuat-buat (Roma 3:20; 9:31-32; Galatia 3:10-11). Hanya sentuhan Tuhan pada hati seseorang yang dapat menyucikannya dan membuatnya benar di hadapan Tuhan (Mazmur 51:1-10; Roma 10:10). Hanya melalui iman kepada Yesus Kristus dan pengampunan serta penyucian yang ditawarkan melalui pengorbanan tubuh-Nya di kayu salib, kita dapat disucikan (Yohanes 17:19; Efesus 5:25-27; Roma 3:28; Ibrani 13:12).
Bersama dengan banyak karunia lainnya, Tuhan menciptakan kepuasan seksual dalam pernikahan, dan Dia memberi kita makanan untuk dinikmati (Kidung Agung 4:3-15; 1 Korintus 7:4-5; Pengkhotbah 3:13). Alkitab membuktikan kebenaran-kebenaran ini. Firman Tuhan dan doa-doa syukur kita menguduskan segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan sebagai sesuatu yang baik dan sesuai dengan tujuan-Nya. Kita tidak boleh menolak hal-hal ini, tetapi kita harus menerima "setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna" (Yakobus 1:17) dengan ucapan syukur dan doa.