www.GotQuestions.org/Indonesia



Apa maksudnya bahwa Alkitab mengautentikasi-diri?

Jawaban:
Penalaran melingkar adalah argumen dimana seseorang memulai dengan poin yang berusaha dibuktikan dan mengulanginya dengan istilah berbeda. Ada beberapa orang Kristen yang berusaha membuktikan bahwa Alkitab adalah Firman Allah dengan tidak sengaja menggunakan penalaran melingkar. Sebagai contoh, klaimnya berbunyi “Alkitab adalah benar karena Alkitab bercerita bahwa dirinya berasal dari Allah.” Meskipun argumen ini ada dasarnya, secara logis tidak dapat diterima, karena menggunakan konklusinya untuk membenarkan konklusinya.

Sebagai kontras, menyebut sesuatu mengautentikasi-diri adalah menyebut bahwa hal itu benar tanpa melampirkan bukti lain. Sebagai contoh kita ambil surat yang telah ditanda-tangani oleh notaris. Dokumen yang telah ditanda-tangani oleh notaris dapat digunakan di persidangan hukum karena telah diautentikasi sebagai benar dalam konteks eksternal. Ada yang mengklaim Alkitab juga mengautentikasi-diri karena Alkitab telah dibuktikan kebenarannya dalam konteks eksternal lainnya, seperti sejarah atau penemuan arkeologis. Meskipun ada benarnya, kasusnya sedikit berbeda dengan dokumen yang diverifikasi notaris.

Demi menunjukkan bahwa Alkitab itu mengautentikasi-diri, kita perlu mendalami cara-cara Alkitab dapat dibuktikan benar melalui metode eksternal. Ada dua metode penalaran logis yang dapat digunakan, yakni penalaran deduktif dan penalaran induktif. Penalaran deduktif menggunakan dasar sebuah argumen sebagai bukti bahwa konklusinya benar, seperti 2+2=4. Penalaran induktif sebaliknya mengumpulkan bukti yang mendukung kebenaran sebuah konklusi. Inilah pilihan yang lebih tepat dalam berargumentasi tentang kehandalan Alkitab.

Guna menyediakan bukti induktif bagi kehandalan Alkitab, kita dapat menyediakan berbagai bukti yang dapat memperbesar kemungkinan bahwa klaim kita benar. Bukti-bukti yang dapat kita sediakan dapat diambil dari sejarah eksternal yang selaras dengan naratif Alkitab, temuan arkeologis, naskah mula-mula, keseragaman narasi di antara naskah-naskah mula-mula, dsb. Semua ini memperkuat klaim bahwa Alkitab benar akurat dan dapat diandalkan; akan tetapi semua ini tidak dapat meyakinkan lawan bicara kita bahwa Alkitab tak bercacat, karena argumen tersebut bersifat teologis.

Secara alkitabiah, Alkitab mengklaim dirinya diilhamkan oleh Allah (2 Timotius 3:16-17). Jika diilhamkan oleh Allah, dan Allah itu sempurna, maka konklusinya adalah bahwa Alkitab haruslah sempurna (Mazmur 19). Dengan bahasa lain, Allah itu benar (Roma 3:4) dan Allah mengilhamkan Alkitab (2 Timotius 3:16-17); oleh karena itu, Alkitab itu juga benar. Dari ayat-ayat ini, tidak sedikit umat Kristen menyatakan bahwa Alkitab mengautentikasi-diri. Akan tetapi, pernyataan ini bersifat deduktif atas tulisan Alkitab dan tidak dapat diterima oleh mereka yang tidak mengakui akurasi Alkitab.

Orang percaya yang sedang berbicara dengan kaum skeptis harus menyadari perbedaan ini, dan kita perlu menggunakan bukti yang dijunjung tinggi oleh kaum skeptis. Pendekatan macam ini menjadi titik temu dalam berdiskusi tentang kehandalan Alkitab tanpa berpijak pada asumsi-asumsi yang ditolak oleh orang yang belum percaya.

© Copyright Got Questions Ministries