Pertanyaan

Apa yang dimaksud dengan perdebatan kontinuitas vs diskontinuitas dalam teologi?

Jawaban
Kata kontinuitas didefinisikan sebagai "keberadaan atau suatu proses yang tidak terputus dan konsisten selama periode waktu tertentu." Pada akar katanya adalah kata terus. Tentu saja, diskontinuitas adalah kebalikannya, yang berarti "perbedaan karakteristik yang tajam di antara bagian-bagian dari sesuatu." Dalam teologi, kontinuitas dan diskontinuitas adalah istilah-istilah yang diterapkan pada aliran sejarah suci dan tujuan Tuhan yang menyeluruh.

Orang Kristen percaya bahwa seluruh Alkitab adalah Firman Tuhan yang tidak dapat salah dan terbagi menjadi dua bagian, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perdebatan kontinuitas vs diskontinuitas berkaitan dengan bagaimana kedua bagian Alkitab tersebut berhubungan dan penerapannya bagi orang Kristen saat ini. Teologi perjanjian sering kali menekankan bidang-bidang kontinuitas, sementara teologi dispensasional biasanya menekankan bidang-bidang diskontinuitas.

Berikut ini adalah beberapa masalah yang sering muncul dalam perdebatan kontinuitas vs diskontinuitas:

Apakah Israel dan Gereja pada dasarnya adalah tubuh yang sama, atau apakah Israel sangat berbeda dengan Gereja? Mereka yang mengikuti jalur diskontinuitas berpendapat bahwa Israel adalah kelompok yang terpisah dan melihat "zaman gereja" sebagai masa yang berbeda di mana Tuhan berurusan dengan bangsa-bangsa lain. Ketika Gereja diangkat pada saat pengangkatan, Tuhan sekali lagi akan memusatkan perhatian-Nya pada keselamatan Israel. Mereka yang melihat kontinuitas antara Israel dan Gereja akan sering berbicara tentang "Gereja dalam Perjanjian Lama" dan menerapkan janji-janji yang diberikan kepada Israel untuk Gereja saat ini.

Jika Gereja pada dasarnya adalah Israel (kontinuitas), maka masuk akal jika semua Hukum Taurat yang diberikan kepada Israel akan berlaku bagi Gereja kecuali ada hukum tertentu yang secara khusus dicabut. Jika Gereja adalah entitas yang benar-benar baru (diskontinuitas), maka masuk akal jika tidak ada hukum Perjanjian Lama yang akan berlaku kecuali jika hukum tersebut telah diterapkan secara khusus kepada Gereja.

Isu-isu yang terlibat dalam perdebatan antara kontinuitas dan diskontinuitas sangatlah kompleks, tetapi pada kenyataannya, hampir semua konstruk teologis (kovenan, dispensasional, atau lainnya) mengakui adanya area kontinuitas dan area diskontinuitas. Setiap teologi Injili akan mengakui bahwa pengorbanan binatang telah dihentikan karena pengorbanan Kristus adalah satu kali untuk selama-lamanya (Ibrani 10:11-12). Demikian juga, setiap teologi Injili akan mengakui bahwa aspek-aspek moral dari Hukum Taurat masih tetap berlaku hingga saat ini.

Jawaban terbaik tampaknya adalah bahwa ada beberapa area yang memiliki kontinuitas dan diskontinuitas, dan bahwa baik diskontinuitas yang tajam maupun kontinuitas yang seragam tidak diperlukan. Yeremia 31 berbicara tentang Perjanjian Baru dengan Israel yang menguraikan sebuah cara yang secara radikal baru (diskontinuitas) dalam berurusan dengan Israel (kontinuitas). Perjanjian Baru berbicara tentang orang-orang bukan Yahudi yang percaya dicangkokkan ke dalam Israel (Roma 11). Ini adalah sesuatu yang baru yang tidak pernah terbayangkan oleh kebanyakan orang, tetapi hal ini dinyatakan dengan kedatangan Kristus (Efesus 3:6).

Yesus berkata bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya (Matius 5:17). Dengan kata lain, Ia tidak memberitakan sesuatu yang benar-benar baru (diskontinuitas), melainkan puncak dari apa yang telah ada sebelumnya (kontinuitas). Namun, penggenapan Hukum Taurat oleh Yesus mengandung benih-benih diskontinuitas, karena setelah Hukum Taurat digenapi, Hukum Taurat tidak lagi diperlukan (Galatia 3:24-25). Tuhan tidak pernah berubah, tetapi cara Dia berurusan dengan manusia dapat berubah.

Sangatlah menggoda untuk masuk ke dalam suatu sistem teologi tertentu dan kemudian mencoba membaca data Alkitab melalui lensa sistem tersebut. Jauh lebih baik untuk mencoba memahami Alkitab dengan istilah-istilahnya sendiri dan menegaskan kontinuitas ataupun diskontinuitas di bagian mana hal itu memang terjadi.