Pertanyaan
Mengapa orang buta dan timpang "tidak boleh masuk bait" (2 Samuel 5:8)?
Jawaban
Narasi penaklukan Yerusalem oleh Daud berisi penyebutan yang aneh tentang "orang buta dan timpang" (2 Samuel 5:8). Dalam 2 Samuel 5, Daud diangkat menjadi raja atas seluruh Israel. Namun kota Yerusalem masih berada di bawah kendali orang Yebus yang kafir, penduduk asli negeri itu. Daud dan pasukannya berbaris menuju Yerusalem untuk merebut kota itu (ayat 1). Orang-orang Yebus, yang yakin bahwa Daud tidak akan pernah bisa mengusir mereka, mengejek Daud dengan mengatakan, "Engkau tidak sanggup masuk ke mari; orang-orang buta dan orang-orang timpang akan mengenyahkan engkau!"
Jelaslah bahwa orang Yebus sangat percaya pada kekuatan benteng mereka, yang mereka anggap tidak dapat ditembus. Dalam pikiran mereka, bahkan jika mereka menempatkan orang buta, lumpuh, dan pincang di atas tembok untuk mempertahankan kota, pasukan Daud akan dipukul mundur. Orang yang paling lemah di antara orang Yebus akan cukup untuk bertahan melawan Daud dan pasukannya. Pernyataan itu sombong, memprovokasi, dan dimaksudkan untuk melemahkan semangat Daud dan anak buahnya.
Daud menangkap pernyataan orang Yebus yang mengejek itu dan mengubahnya menjadi pernyataan ejekannya sendiri. Pada hari Daud merebut benteng Sion (karena ia memang merebut kota itu), ia berkata kepada pasukannya, "Siapa yang hendak memukul kalah orang Yebus, haruslah ia masuk melalui saluran air itu; hati Daud benci kepada orang-orang timpang dan orang-orang buta" (2 Samuel 5:8a). Orang-orang Yebus telah mengancam dengan mengejek untuk melawan Daud dengan orang buta dan timpang, dan Daud menyebut semua orang Yebus sebagai "orang buta dan timpang."
Sejarawan Alkitab menginformasikan kepada kita bahwa pertukaran kata-kata yang tajam ini memunculkan peribahasa baru di Israel: "Sebab itu orang berkata: 'Orang-orang buta dan orang-orang timpang tidak boleh masuk bait'" (2 Samuel 5:8b). "Bait"/ rumah yang disebutkan dalam pepatah tersebut kemungkinan besar adalah istana kerajaan.
Pada dasarnya, Daud mengubah ejekan awal orang Yebus menjadi sebuah julukan yang menghina. Sejak saat itu, "Orang-orang buta dan orang-orang timpang tidak boleh masuk bait" menjadi pepatah yang ditujukan kepada musuh-musuh atau orang atau kelompok yang dibenci, tidak disukai, atau tidak menyenangkan (seperti halnya orang Yebus kepada Daud). Inti dari pepatah ini adalah "kita tidak akan pernah membiarkan musuh mendapatkan apa yang mereka inginkan."
Pernyataan Daud, "Orang-orang buta dan orang-orang timpang tidak boleh masuk bait," tidak pernah dimaksudkan secara harfiah untuk menunjukkan bahwa siapa pun yang memiliki cacat atau kelemahan harus dikecualikan dari benteng raja atau kemah suci Tuhan. Jika memang demikian, maka Daud tidak akan mengundang Mefiboset, seorang pria yang lumpuh di kedua kakinya, ke dalam rumahnya untuk makan bersama di mejanya setiap hari (2 Samuel 9:1-13). Pernyataan ini paling baik dipahami dalam konteks aslinya yang berarti bahwa setiap musuh yang tersisa dari suku Yebus akan dilarang memasuki benteng kerajaan atau Sion. Hal ini kemudian diterapkan secara pepatah sebagai pernyataan yang menghina musuh dalam bentuk apa pun.
Jelaslah bahwa orang Yebus sangat percaya pada kekuatan benteng mereka, yang mereka anggap tidak dapat ditembus. Dalam pikiran mereka, bahkan jika mereka menempatkan orang buta, lumpuh, dan pincang di atas tembok untuk mempertahankan kota, pasukan Daud akan dipukul mundur. Orang yang paling lemah di antara orang Yebus akan cukup untuk bertahan melawan Daud dan pasukannya. Pernyataan itu sombong, memprovokasi, dan dimaksudkan untuk melemahkan semangat Daud dan anak buahnya.
Daud menangkap pernyataan orang Yebus yang mengejek itu dan mengubahnya menjadi pernyataan ejekannya sendiri. Pada hari Daud merebut benteng Sion (karena ia memang merebut kota itu), ia berkata kepada pasukannya, "Siapa yang hendak memukul kalah orang Yebus, haruslah ia masuk melalui saluran air itu; hati Daud benci kepada orang-orang timpang dan orang-orang buta" (2 Samuel 5:8a). Orang-orang Yebus telah mengancam dengan mengejek untuk melawan Daud dengan orang buta dan timpang, dan Daud menyebut semua orang Yebus sebagai "orang buta dan timpang."
Sejarawan Alkitab menginformasikan kepada kita bahwa pertukaran kata-kata yang tajam ini memunculkan peribahasa baru di Israel: "Sebab itu orang berkata: 'Orang-orang buta dan orang-orang timpang tidak boleh masuk bait'" (2 Samuel 5:8b). "Bait"/ rumah yang disebutkan dalam pepatah tersebut kemungkinan besar adalah istana kerajaan.
Pada dasarnya, Daud mengubah ejekan awal orang Yebus menjadi sebuah julukan yang menghina. Sejak saat itu, "Orang-orang buta dan orang-orang timpang tidak boleh masuk bait" menjadi pepatah yang ditujukan kepada musuh-musuh atau orang atau kelompok yang dibenci, tidak disukai, atau tidak menyenangkan (seperti halnya orang Yebus kepada Daud). Inti dari pepatah ini adalah "kita tidak akan pernah membiarkan musuh mendapatkan apa yang mereka inginkan."
Pernyataan Daud, "Orang-orang buta dan orang-orang timpang tidak boleh masuk bait," tidak pernah dimaksudkan secara harfiah untuk menunjukkan bahwa siapa pun yang memiliki cacat atau kelemahan harus dikecualikan dari benteng raja atau kemah suci Tuhan. Jika memang demikian, maka Daud tidak akan mengundang Mefiboset, seorang pria yang lumpuh di kedua kakinya, ke dalam rumahnya untuk makan bersama di mejanya setiap hari (2 Samuel 9:1-13). Pernyataan ini paling baik dipahami dalam konteks aslinya yang berarti bahwa setiap musuh yang tersisa dari suku Yebus akan dilarang memasuki benteng kerajaan atau Sion. Hal ini kemudian diterapkan secara pepatah sebagai pernyataan yang menghina musuh dalam bentuk apa pun.