Pertanyaan

Apa artinya berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya (Amsal 10:22)?

Jawaban
Literatur hikmat memberikan prinsip-prinsip dan panduan yang relevan dengan berbagai bidang kehidupan orang percaya, seperti pernikahan, pengasuhan anak, persahabatan, integritas pribadi, urusan bisnis, kemiskinan, dan kekayaan. Benang merah dari seluruh kitab Amsal adalah bahwa komitmen setia seseorang terhadap gaya hidup yang selaras dengan standar-standar kudus Tuhan pada umumnya akan menghasilkan keuntungan dan berkat. Contohnya dapat ditemukan dalam Amsal 10:22: "Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya."

Banyak amsal yang membandingkan dan mempertentangkan konsekuensi hidup yang dituai oleh orang benar dan orang fasik. Orang benar diberkati dengan umur panjang dan kesuksesan (Amsal 2:21; 3:4; 10:27; 12:28), sementara orang fasik akan dihancurkan (Amsal 2:22; 10:30; 11:19). Maksim-maksim ini memperkuat kebenaran bahwa orang saleh, secara umum, menikmati keamanan dan kemakmuran, sementara orang fasik mengalami kesulitan dan kekurangan:

- "TUHAN tidak membiarkan orang benar menderita kelaparan, tetapi keinginan orang fasik ditolak-Nya" (Amsal 10:3).

- "Siapa bersih kelakuannya, aman jalannya, tetapi siapa berliku-liku jalannya, akan diketahui" (Amsal 10:9).

- "Bila taufan melanda, lenyaplah orang fasik, tetapi orang benar adalah alas yang abadi" (Amsal 10:25).

Pada zaman Israel kuno, berkat Tuhan sering dikaitkan dengan kekayaan, kemakmuran, dan kelimpahan materi (lihat Kejadian 24:35; 26:12; Ulangan 8:18). Namun, berkat Tuhan mendatangkan kekayaan tidak berarti bahwa semua orang yang hidup benar akan memiliki kekayaan atau bahwa menjadi kaya menjamin karakter saleh seseorang. Amsal dan ayat-ayat Alkitab lainnya memperingatkan untuk tidak mengejar kekayaan (Amsal 15:27; 23:4; 28:20; Matius 6:19; 1 Timotius 6:9, 10; Ibrani 13:5). Banyak jebakan dan kerumitan yang muncul ketika kita mengumpulkan kekayaan yang besar. Karena itulah, Amsal 10:22 mengatakan, "Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya."

Mereka yang dengan susah payah bekerja keras untuk menjadi kaya dengan cara mereka sendiri dan demi kemuliaan mereka sendiri akan menemukan kehidupan yang penuh dengan masalah dan frustrasi. Mereka akan gagal menikmati berkat Tuhan dalam kekayaan mereka. Mereka tidak akan mengerti bahwa Tuhan "membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga" (1 Samuel 2:7). Ayub tahu betul bahwa kekayaannya adalah berkat dari Tuhan, tetapi ia juga belajar untuk tidak hanya "menerima yang baik dari Allah" (Ayub 2:10). Orang benar tahu bahwa Tuhan dapat memberikan kekayaan dan juga kekurangan (Ayub 1:21; Mazmur 75:7).

Jika Tuhan memberkati kita dengan kekayaan, Dia akan menolong kita untuk menghindari semua jebakan dan kesulitan yang menghalangi kita untuk menikmati kebaikan-Nya. Kita harus belajar untuk menjadikan Tuhan sebagai pusat dan harta dalam hidup kita (Mazmur 62:10; Matius 6:19-24; Lukas 12:15), dengan memahami bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari Dia dan milik-Nya (Ulangan 8:18; Mazmur 50:10; 1 Korintus 4:7). Rasul Paulus menulis, "Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati" (1 Timotius 6:17).

Jika berkat Tuhan mendatangkan kekayaan, kita dipanggil untuk menjadi penatalayan yang baik dan setia (Matius 25:14-30; Lukas 16:1-12). Setiap kali Tuhan mempercayakan banyak hal kepada kita, Dia menuntut banyak hal dari kita, termasuk kemurahan hati (Lukas 6:38; 12:48; Roma 12:13) dalam memberi dan memperhatikan orang yang miskin dan membutuhkan (Amsal 28:27; 1 Yohanes 3:17; 1 Timotius 6:18; Yakobus 1:27). Salomo berpesan, "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya" (Amsal 3:9-10). Tuhan mempercayakan hamba-hamba-Nya yang setia dengan kekayaan sehingga mereka dapat menyalurkan berkat-Nya kepada orang lain (lihat Maleakhi 3:10; 1 Timotius 6:18).