settings icon
share icon
Pertanyaan

Hukum vs Kasih Karunia - mengapa isu ini sering menimbulkan perselisihan antara umat Kristen?

Jawaban


Paulus berpesan pada Titus, "Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat" (Titus 2:1). Amanat seperti itu jelas menegaskan pentingnya doktrin yang sehat. Namun mengapa hal ini penting? Apakah dampak dari kepercayaan kita?

Satu pihak berkata, "Keselamatan itu berdasarkan kasih karunia, dan kasih karunia saja." Pihak lain menyela, "Ide itu mengakibatkan pelanggaran. Standar kebenaran Allah dalam Hukum harus ditegakkan." Adapula suara lain yang membalas, "Keselamatan itu berdasarkan kasih karunia, tetapi kasih karunia hanya diberikan pada mereka yang menaati Hukum Allah." Pada dasar debat ini terdapat sudut pandang yang berbeda tentang dasar keselamatan. Pentingnya isu ini tercermin dalam panasnya perdebatan yang disuarakan.

Ketika Alkitab membahas "hukum," yang sedang dirujuk ialah standar yang Allah berikan kepada Musa, yang bermula pada Keluaran pasal ke-20 dengan ke-Sepuluh Hukum Taurat. Hukum Allah menjelaskan syarat-Nya akan bangsa yang kudus, dan mencakup tiga kategori: sipil, ritual, dan moralitas. Hukum yang diberikan dapat membedakan umat Allah dan bangsa-bangsa fasik yang mengelilingi mereka, dan berfungsi mengartikan dosa (Ezra 10:11; Roma 5:13, 7:7). Hukum juga menjelaskan bahwa manusia manapun tidak mampu mentahirkan dirinya secara cukup hingga diperkenan Allah - Hukum itu mengungkapkan betapa kita membutuhkan Penyelamat.

Pada zaman Perjanjian Baru, para pemimpin agama telah membebani Hukum dengan berbagai peraturan dan tradisi mereka (Markus 7:7-9). Meskipun Hukum sendiri itu baik, tetapi tetap lemah karena tidak mampu mengubah hati yang berdosa (Roma 8:3). Menaati Hukum versi Farisi menjadi beban yang teramat berat (Lukas 11:46).

Ke dalam iklim legalisme ini Yesus hadir, dan konflik dengan para penafsir Hukum yang munafik tak dapat dihindari. Akan tetapi, Yesus, sang Pemberi Hukum, berkata, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya" (Matius 5:17). Hukum sendiri tidak jahat. Hukum hanya berfungsi sebagai cermin yang memantulkan kondisi hati seseorang (Roma 7:7). Yohanes 1:17 menyatakan, "Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus." Yesus menjiwai keseimbangan sempurna antara Hukum dan kasih karunia (Yohanes 1:14).

Kasih karunia adalah salah satu ciri khas Allah (Mazmur 116:5; Yoel 2:13), dan manusia selamanya diselamatkan atas imannya dalam Allah (Kejadian 15:6). Allah tidak berubah di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (Bilangan 23:19; Mazmur 55:19). Allah yang sama yang memberikan Hukum, juga memberikan Yesus (Yohanes 3:16). Kasih karunia-Nya terwujud di dalam Hukum melalui sistem pengurbanan yang menutup dosa. Yesus dilahirkan "takluk kepada Hukum Taurat" (Galatia 4:4) dan menjadi kurban terakhir yang menggenapi Hukum serta mengesahkan Perjanjian Baru (Lukas 22:20). Sekarang, semua orang yang mendatangi Allah melalui Kristus akan dinyatakan benar (2 Korintus 5:21; 1 Petrus 3:18; Ibrani 9:15).

Konflik antara Yesus dan mereka yang benar-diri segera terjadi. Orang yang sebelumnya hidup di bawah beban berat peraturan kalangan Farisi dengan senang hati menerima belas kasih Kristus serta kebebasan yang Ia tawarkan (Markus 2:15). Akan tetapi, ada yang menganggap bahwa kasih karunia ini bahaya: apa yang dapat mencegah keinginan membuang segenap peraturan moralitas yang ada? Paulus menangani keberatan ini dalam Roma pasal 6: "Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?" (ayat 1-2). Paulus menjelaskan ajaran Yesus: Hukum mengungkapkan syarat kekudusan Allah, dan kasih karunia memberi kita keinginan dan kemampuan hidup kudus. Kita mempercayakan keselamatan kita kepada Kristus, bukan di dalam Hukum Taurat. Kita dibebaskan dari ikatan Hukum melalui pengorbanan-Nya yang bersifat sekali untuk selamanya (Roma 7:6; 1 Petrus 3:18).

Sebenarnya tidak ada konflik di antara Hukum dan kasih karunia jika dipahami dengan benar. Kristus menggenapi Hukum bagi kita dan menyediakan kuasa Roh Kudus, yang memotivasi hati yang terbarui supaya mau hidup dengan taat pada-Nya (Matius 3:8; Kisah 1:8; 1 Tesalonika 1:5; 2 Timotius 1:14). Yakobus 2:26 mengajar, "Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati. Kasih karunia yang mampu menyelamatkan juga mampu memotivasi hati yang berdosa untuk hidup dengan suci. Ketika tidak ada keinginan hidup suci, maka iman yang dimiliki tidak menyelamatkan.

Kita diselamatkan karena kasih karunia, oleh iman (Efesus 2:8-9). Pemeliharaan Hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan orang (Roma 3:20; Titus 3:5). Selebihnya, mereka yang mengklaim kebenaran mereka berdasarkan pemeliharaan Hukum, sebenarnya hanya menyangka mereka memelihara Hukum; inilah salah satu poin utama Yesus pada Khotbah di Bukit (Matius 5:20-48; baca juga Lukas 18:18-23).

Tujuan dari Hukum secara dasar ialah mengantarkan kita kepada Kristus (Galatia 3:24). Ketika kita diselamatkan, Allah ingin DiriNya dimuliakan melalui perbuatan baik kita (Matius 5:16; Efesus 2:10). Perbuatan baik adalah hasil dari keselamatan, bukan mendahuluinya.

Konflik terjadi di antara "kasih karunia" dan Hukum" ketika seseorang 1) menyalah-pahami tujuan dari Hukum; 2) merubah arti kasih karunia dengan definisi selain "kemurahan Allah pada orang yang tidak layak" (baca Roma 11:6); 3) berusaha melayakkan diri guna "menambah" kemanjuran kurban Kristus; 4) mengikuti teladan para Farisi dengan memelihara berbagai ritual dan tradisi pada doktrin; atau 5) gagal menangkap "seluruh maksud Allah" (Kisah 20:27).

Ketika Roh Kudus membimbing kita dalam mempelajari Alkitab, kita tiba pada pengertian tentang betapa indahnya kasih karunia yang menghasilkan perbuatan baik.

English



Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia

Hukum vs Kasih Karunia - mengapa isu ini sering menimbulkan perselisihan antara umat Kristen?
Bagikan halaman ini: Facebook icon Twitter icon Pinterest icon Email icon
© Copyright Got Questions Ministries