Pertanyaan
Apakah yang dimaksud dengan tradisi apostolik?
Jawaban
Frasa tradisi apostolik tidak ditemukan dalam Alkitab, tetapi istilah ini digunakan untuk merujuk pada ajaran-ajaran para rasul yang diwariskan kepada gereja. Menurut Gereja Katolik Roma, tradisi apostolik adalah "penerusan pesan Kristus, yang dibawa sejak awal Kekristenan melalui khotbah, kesaksian, institusi, ibadah, dan tulisan-tulisan yang diilhami. Para rasul meneruskan semua yang mereka terima dari Kristus dan yang mereka pelajari dari Roh Kudus kepada para penerus mereka, yaitu para uskup, dan melalui mereka kepada semua generasi hingga akhir zaman" (Kompendium Katekismus Gereja Katolik). Di antara umat Katolik, tradisi apostolik dipandang sebagai wahyu khusus dari Tuhan, berbeda dari Firman yang tertulis, yang diwariskan oleh para rasul kepada gereja mula-mula. Tradisi apostolik merupakan pelengkap yang berotoritas terhadap Kitab Suci.
2 Tesalonika 2:15 menyebutkan "tradisi" dalam beberapa terjemahan: "Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis." Terjemahan KJV mengatakan "tradisi-tradisi". Paulus mengutip pengajaran lisan dan surat-suratnya yang tertulis sebagai otoritas bagi gereja. Namun, tidak ada satu pun di sini yang menunjukkan adanya suksesi rasuli atau tradisi lisan yang langgeng yang berbeda dengan Firman yang tertulis. Paulus, yang telah mengajar selama bertahun-tahun sebelum ia menulis surat apapun, hanya mengatakan bahwa instruksi-instruksi sebelumnya yang disampaikannya di Tesalonika harus diikuti, seperti juga instruksi-instruksi yang terkandung dalam surat pertamanya kepada mereka. Dengan kata lain, Paulus mengatakan, "Berpeganglah pada apa yang telah saya ajarkan secara langsung, baik yang saya katakan ketika saya masih bersama Anda, maupun yang saya tuliskan setelah saya pergi." Apa yang Paulus ajarkan kepada jemaat di Tesalonika dapat ditemukan di dalam Alkitab. Tidak ada dalam 2 Tesalonika 2:15 yang mengajarkan untuk menerima pengajaran tidak langsung yang "secara tradisional" dikaitkan dengan para rasul.
Demikian juga, ketika Paulus memerintahkan Timotius untuk meneruskan pengajarannya kepada orang lain, ia tidak mengacu pada transmisi tradisi lisan yang harus diteruskan selama periode gereja mula-mula. Inilah yang dikatakannya: "Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain" (2 Timotius 2:2). Kebenaran yang Paulus ajarkan mengacu pada ajaran-ajaran yang sekarang dapat ditemukan dalam korpus tulisannya, yang menempati 13 dari 27 kitab dalam Perjanjian Baru.
Meskipun kredo-kredo Kristen dan tulisan-tulisan para bapa gereja mula-mula memang memiliki nilai dan dapat digunakan sebagai sumber sekunder dalam mempelajari isu-isu alkitabiah, namun hanya Alkitab yang merupakan satu-satunya otoritas dalam kehidupan seorang Kristen. Orang-orang seperti Irenaeus dan Origen memberikan wawasan tentang ajaran-ajaran gereja mula-mula, tetapi tulisan-tulisan mereka tidak terinspirasi dan terkadang bahkan mengandung teologi yang salah. Sebaliknya, Kitab Suci berisi apa yang secara eksplisit diwariskan oleh para rasul untuk menjadi petunjuk dan pengajaran bagi gereja (1 Korintus 15:3-4; 2 Timotius 3:16-17; 2 Petrus 1:16, 20-21). Kita tidak membutuhkan tradisi lisan yang diwariskan selama beberapa abad pertama dalam sejarah gereja.
Terlepas dari keyakinan Gereja Katolik, ajaran para rasul yang berotoritas hanya ditemukan di dalam Kitab Suci, bukan di dalam tradisi para rasul. Orang Kristen tidak harus berpaling kepada tulisan-tulisan gereja mula-mula untuk membaca dan menafsirkan Alkitab. Membaca kredo-kredo dan karya-karya orang seperti Papias atau Klemens dari Roma dapat menambah wawasan, tetapi karya-karya semacam itu tidak boleh dipandang sebagai sesuatu yang otoritatif dalam menentukan iman dan doktrin seorang Kristen.
English
Apakah yang dimaksud dengan tradisi apostolik?