settings icon
share icon
Pertanyaan

Apakah konsep singularitas awal sesuai dengan Alkitab?

Jawaban


Big Bang adalah penjelasan yang paling banyak diterima oleh para ilmuwan saat ini tentang asal mula alam semesta. Menurut teori ini, alam semesta bermula sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu dari apa yang diduga oleh beberapa peneliti sebagai singularitas-bintik kecil yang tak terbayangkan dengan kerapatan dan temperatur yang tak terukur. Beberapa orang berpendapat bahwa singularitas awal ini memicu terjadinya Big Bang, namun proposal ini menimbulkan tantangan bagi sebagian besar interpretasi tradisional tentang kisah penciptaan dalam kitab Kejadian.

Pada tahun 1927, ahli kosmologi Georges Lemaitre pertama kali mengusulkan apa yang kemudian disebut "teori Big Bang", berdasarkan teori relativitas umum Albert Einstein. Kemudian pada abad ke-20, fisikawan teoretis Stephen Hawking dan fisikawan matematika Roger Penrose mengembangkan gagasan Lemaitre, dengan memberikan penjelasan matematis untuk singularitas. Fisikawan teoretis John Archibald Wheeler-lah yang pertama kali menciptakan istilah singularitas untuk menggambarkan keadaan dengan kerapatan dan temperatur yang nyaris tak terbatas.

Untuk menilai konsep singularitas awal dari sudut pandang Alkitab, memahami istilah-istilah kunci sangatlah penting. Berlawanan dengan apa yang disiratkan oleh istilah Big Bang, tidak ada ledakan yang keras. Sebaliknya, teori ini menyatakan bahwa alam semesta dimulai dalam keadaan kepadatan dan suhu yang tinggi dan terus mengembang sejak saat itu. Istilah singularitas awal merujuk pada keadaan alam semesta sebelum pemuaian, di mana sifat-sifat seperti kerapatan dan temperatur mencapai tingkat yang tak terduga.

Selanjutnya, penting untuk mempertimbangkan implikasi teologis dari singularitas awal, yang berbeda dengan penafsiran yang paling umum dipegang tentang kisah penciptaan dalam Kejadian 1-2. Pandangan dari kreasionisme bumi muda (Young Earth Creationism: YEC) adalah: antara 6.000 hingga 10.000 tahun yang lalu, Tuhan menciptakan dunia dalam tujuh hari 24 jam berturut-turut. Para pendukung YEC percaya bahwa Tuhan berfirman setiap hari pada saat penciptaan, seperti yang ditunjukkan oleh pembacaan teks secara langsung. Sebagai contoh: "Berfirmanlah Allah: 'Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda, tumbuh-tumbuhan yang berbiji, segala jenis pohon buah-buahan yang menghasilkan buah yang berbiji, supaya ada tumbuh-tumbuhan di bumi.' Dan jadilah demikian" (Kejadian 1:11, dengan penekanan ditambahkan). Singularitas awal tidak sesuai dengan penafsiran bumi muda dalam Alkitab.

Singularitas awal juga menghadirkan tantangan bagi kreasionisme bumi tua (Old Earth Creationism: OEC), yang sering disebut sebagai "kreasionisme progresif" atau "kreasionisme zaman-hari." Menurut OEC, "hari-hari" dalam Kejadian 1 merujuk pada tujuh zaman waktu, yang masing-masing terdiri dari miliaran tahun. Oleh karena itu, "hari-hari" dalam ayat ini adalah rangkuman simbolis dari perubahan yang terjadi selama miliaran tahun. Sementara para penganut teori penciptaan bumi tua umumnya menerima konsensus ilmiah tentang usia alam semesta, mereka menolak penjelasan alamiah tentang keberadaannya, dan meyakini bahwa Tuhan terlibat langsung dalam proses tersebut.

Seperti halnya kreasionisme bumi tua, penafsiran yang dikenal sebagai "teori kesenjangan" menerima konsensus ilmiah tentang usia alam semesta, tetapi menolak penjelasan alamiah murni tentang asal-usulnya. Teori kesenjangan menyatakan bahwa miliaran tahun ada di antara Kejadian 1:1 dan 1:2. Menurut pandangan ini, ayat pertama dari Kejadian menjelaskan tentang penciptaan awal. Hal itu diikuti dengan peristiwa bencana - yang tidak disebutkan dalam Alkitab - yang mungkin terkait dengan kejatuhan Iblis, yang membuat bumi "belum berbentuk dan kosong" (Kejadian 1:2). Sisa dari kisah ini kemudian menggambarkan penciptaan kembali selama enam hari yang terjadi sekitar 6.000 hingga 10.000 tahun yang lalu. Meskipun teori celah memungkinkan adanya konsep singularitas awal, ide tersebut tidak menjadi pusat dari posisinya.

Pandangan kerangka kerja menafsirkan kisah penciptaan secara eksklusif sebagai sastra dan teologis, bukan ilmiah atau historis. Perspektif ini tidak mengajukan argumen mengenai asal mula alam semesta, validitas teori Big Bang, atau singularitas awal. Sebaliknya, perspektif ini menekankan pada apa yang dilihatnya sebagai presentasi simbolis dan teratur dari proses penciptaan Tuhan, yang disusun untuk menjelaskan kebenaran teologis daripada mencatat rincian ilmiah.

Para pendukung Desain Cerdas umumnya menerima konsensus ilmiah mengenai usia alam semesta, namun menolak penjelasan Darwin mengenai asal-usul kehidupan dan alam semesta. Penerimaan mereka terhadap alam semesta purba memungkinkan adanya kemungkinan singularitas awal, meskipun secara umum mereka berpendapat bahwa ada bukti keterlibatan Sang Pencipta.

Evolusi teistik-keyakinan bahwa Tuhan memandu kosmologi Big Bang dan evolusi Darwin-sangat selaras dengan penjelasan ilmiah kontemporer seperti singularitas awal. Alih-alih mendasarkan pandangannya pada kisah penciptaan atau bagian lain dari Kitab Suci, evolusi teistik mengikuti konsensus ilmiah yang berlaku. Jadi, jika komunitas ilmiah menerima singularitas awal sebagai bagian dari model Big Bang, evolusi teistik dengan mudah memasukkan konsep tersebut ke dalam pengajarannya.

Asal mula alam semesta telah memukau baik orang Kristen maupun non-Kristen selama berabad-abad. Ketika para ilmuwan mengajukan teori-teori baru, orang Kristen harus mengevaluasinya dalam terang Alkitab, karena Firman Tuhan adalah benar dalam segala hal yang ditegaskannya (Yohanes 17:17; 2 Timotius 3:16-17).

English



Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia

Apakah konsep singularitas awal sesuai dengan Alkitab?
Berlangganan

Pertanyaan Minggu Ini

Bagikan halaman ini: Facebook icon Twitter icon Pinterest icon Email icon
© Copyright Got Questions Ministries