Pertanyaan
Apa itu populisme? Apa yang dimaksud dengan populis?
Jawaban
Kamus Webster mendefinisikan populis sebagai "1) anggota partai politik yang mengklaim mewakili rakyat kebanyakan, dan 2) orang yang percaya pada hak-hak, kebijaksanaan, atau kebajikan rakyat kebanyakan" (www.merriam-webster.com/dictionary/populist, diakses pada 25/8/21). Populisme sering dikaitkan dengan gerakan akar rumput, keterlibatan kelas pekerja, dan sentimen anti-kemapanan. Tidak banyak yang menyatukan populisme secara politis, dan kaum populis dapat berasal dari kedua sisi spektrum politik.
Sebagai orang luar politik yang berseberangan dengan kedua partai politik, Donald Trump dianggap sebagai Presiden yang populis. Contoh lain dari orang-orang dan gerakan yang telah diberi label "populis" di Amerika Serikat termasuk Andrew Jackson, Theodore Roosevelt, George Wallace, Ross Perot, Tea Party (di sebelah kanan), dan Occupy Wall Street (di sebelah kiri). Ideologi populis menarik bagi akal sehat rakyat jelata, mereka yang merasa dirampas hak-haknya oleh elit "kelas penguasa" dan yang merasa menjadi korban dari ekses kekuatan politik atau ekonomi saat ini. Populisme dengan sengaja menciptakan benturan antara "rakyat" dan "sistem", dengan menjanjikan untuk mewakili kepentingan orang kebanyakan. Para calon politisi dapat dan telah menggunakan ideologi ini untuk menggalang pendukung bagi gerakan mereka, menantang status quo para elit, dan bekerja menuju perubahan sosial.
Contoh dalam Alkitab tentang seseorang yang menggunakan bentuk populisme untuk maju adalah Absalom, putra Raja Daud. Karena menginginkan takhta untuk dirinya sendiri, Absalom menyusun rencana untuk mengambil hati rakyat jelata. Perselisihan di Israel diselesaikan setiap pagi di luar gerbang kota Yerusalem, sehingga Absalom "Maka setiap pagi berdirilah Absalom di tepi jalan yang menuju pintu gerbang. Setiap orang yang mempunyai perkara dan yang mau masuk menghadap raja untuk diadili perkaranya, orang itu dipanggil Absalom dan ditanyai: 'Dari kota manakah engkau?' Apabila ia menjawab: 'Hambamu ini datang dari suku Israel anu,' maka berkatalah Absalom kepadanya: 'Lihat, perkaramu itu baik dan benar, tetapi dari pihak raja tidak ada seorangpun yang mau mendengarkan engkau'" (2 Samuel 15:2-3). Setelah bersimpati dengan keluhan orang tersebut, Absalom akan memberikan saran: "Sekiranya aku diangkat menjadi hakim di negeri ini! Maka setiap orang yang mempunyai perkara atau pertikaian hukum boleh datang kepadaku, dan aku akan menyelesaikan perkaranya dengan adil" (ayat 4). Dengan berpura-pura menjadi seorang raja yang "memperhatikan orang kecil", Absalom melukiskan dirinya sebagai orang yang merakyat.
Pangeran Absalom yang merakyat tidak hanya memberikan janji akan penghakiman yang cepat dan menyenangkan, tetapi dia juga menunjukkan pesonanya: "Apabila seseorang datang mendekat untuk sujud menyembah kepadanya, maka diulurkannyalah tangannya, dipegangnya orang itu dan diciumnya" (2 Samuel 15:5). Tindakan yang ramah dan rendah hati ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Absalom berada di level orang biasa. Setelah empat tahun berperilaku seperti ini, Absalom "mencuri hati orang-orang Israel" (ayat 6). Rakyat, yang tidak memiliki firasat apapun tentang motif Absalom yang licik dan mementingkan diri sendiri, dimenangkan dengan sikapnya yang merakyat.
Kita harus berhati-hati. Mengikuti kerumunan orang, bahkan kerumunan orang Kristen yang berniat baik sekalipun, bisa menjadi hal yang berbahaya. Sejarah telah menunjukkan bahwa para politisi populis dapat menjadi patriot yang mencintai kebebasan, atau mereka dapat menjadi diktator yang brutal. Beberapa populis melihat kekristenan sebagai alat yang ampuh dan, terlepas dari apakah mereka tulus atau tidak dalam iman mereka, mereka dikenal menggunakan terminologi Kristen untuk memenangkan hati rakyat. Pada akhirnya, pengharapan kita bukanlah pada manusia atau pada para pemimpin (Mazmur 118:8-9; 146:3; Yeremia 17:5), tetapi hanya kepada Tuhan (Mazmur 62:8; Yesaya 26:4).
Kita membutuhkan kebijaksanaan. Kekristenan lebih dari sekadar ideologi. Kekristenan adalah satu-satunya Iman yang benar yang berakar pada Jalan, Kebenaran dan Hidup, Yesus Kristus (Yohanes 14:6). Kekristenan yang alkitabiah lebih besar daripada politik dan tidak dapat direduksi menjadi sistem politik, ekonomi, atau sosial.
English
Apa itu populisme? Apa yang dimaksud dengan populis?