Pertanyaan
Apakah Yesus datang untuk membawa damai di bumi?
Jawaban
Berbicara tentang kelahiran Yesus ratusan tahun sebelum hal itu terjadi, Yesaya berkata, "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai" (Yesaya 9:5). Jadi, Yesus adalah "Raja Damai". Pada malam kelahiran Yesus, para malaikat memberitakan kabar baik kepada para gembala, sekali lagi menekankan damai sejahtera yang akan dibawa oleh Kristus: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia" (Lukas 2:14).
Namun dalam Matius 10, Yesus tampaknya meremehkan peran-Nya sebagai Raja Damai, ketika Ia memperingatkan murid-murid-Nya tentang kesulitan yang akan mereka hadapi dalam pelayanan mereka: "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya" (ayat 34-36).
Yesus Kristus adalah Raja Damai, namun jenis perdamaian yang Dia bawa tidak selalu seperti yang dipikirkan kebanyakan orang ketika mereka mendengar tentang "perdamaian di bumi" pada waktu Natal atau melihat slogan-slogan yang menganjurkan "perdamaian dunia." Ada sejumlah bidang yang berbeda di mana konflik berkecamuk saat ini, dan ada sejumlah jenis perdamaian yang berbeda yang dibutuhkan di dunia kita:
Konflik batin. Orang-orang di seluruh dunia sedang bergumul dengan keraguan, ketakutan, dan ketidakpastian. Mereka membutuhkan kedamaian batin. Para ahli kesehatan mental memberi tahu kita bahwa liburan Natal, waktu "damai di bumi", sering kali menjadi salah satu yang paling menyedihkan karena harapan tidak terpenuhi dan stres berlipat ganda.
Konflik antarpribadi. Orang berjuang melawan orang lain. Ada konflik keluarga dan konflik dengan rekan kerja dan terkadang bahkan konflik dengan orang asing. Kejahatan, rasisme, pelecehan, dan kekerasan adalah kejadian sehari-hari. Tingkat perceraian menunjukkan konflik antara suami dan istri. Selama musim "perdamaian dan niat baik", individu sering mengecewakan satu sama lain dan gagal memenuhi harapan. Konflik keluarga sering kali meningkat karena orang-orang yang biasanya tidak menghabiskan banyak waktu bersama tiba-tiba berada dalam jarak dekat. Bahkan orang yang tidak saling kenal pun bisa terlibat konflik satu sama lain saat mereka bersaing untuk mendapatkan barang paling populer dalam jumlah terbatas, penawaran "Black Friday" terbaik, atau tempat parkir paling nyaman di toko. Perkelahian Natal, bahkan nyaris terjadi kerusuhan, telah diketahui terjadi karena hal-hal ini. Dan, sayangnya, musim belanja cenderung meningkatkan aktivitas kriminal, mulai dari mengutil hingga perampokan. Konflik antarpribadi menunjukkan kebutuhan yang besar akan kedamaian antarpribadi.
Konflik internasional. Apa yang dimaksud dengan istilah perdamaian di bumi mungkin bagi kebanyakan orang adalah perdamaian internasional. Saat ini, konflik berkecamuk di seluruh dunia, dan perang bukanlah hal yang baru. Selain kemungkinan perang terbuka, ada ancaman terorisme internasional yang terus-menerus. Timur Tengah, tempat kelahiran Kristus, adalah salah satu tempat yang paling tidak damai di dunia, dan dalam beberapa tahun terakhir kota Betlehem telah dilanda kerusuhan antara berbagai faksi.
Meskipun kebutuhan akan kedamaian batin, kedamaian antarpribadi, dan kedamaian internasional mungkin sudah diketahui oleh sebagian besar orang, ada satu jenis kedamaian lain yang jarang sekali dipikirkan (atau bahkan tidak sama sekali). Namun, kedamaian ini adalah kebutuhan kita yang paling mendesak. Kita semua membutuhkan perdamaian dengan Tuhan. Tanggapan manusia secara universal terhadap pemerintahan Tuhan adalah pemberontakan terbuka terhadap-Nya. Karena kita semua telah berdosa dan memberontak terhadap Tuhan, kita tidak memiliki damai sejahtera dengan-Nya. Roma 5:10 menggambarkan orang-orang yang berdosa sebagai "musuh Allah". Ini adalah pernyataan fakta, terlepas dari apakah kita memendam perasaan bermusuhan terhadap Tuhan atau tidak.
Yesus datang untuk membawa perdamaian di bumi. Pertama dan terutama, Dia datang untuk mendamaikan antara Tuhan dan manusia yang memberontak dan berdosa. Ketika kita masih menjadi musuh Allah, kita "diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya" (Roma 5:10). Yesus telah membayar hukuman atas dosa-dosa kita sehingga murka Tuhan dapat dijauhkan dari kita dan kita dapat berdamai dengan Tuhan. Kedamaian dan pengampunan ini tersedia bagi siapa saja yang percaya kepada Yesus untuk mendapatkan keselamatan: "Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus" (Roma 5:1).
Yesus juga membawa kedamaian di bumi dengan mengutus Roh Kudus untuk tinggal di dalam diri orang-orang percaya. Roh Kudus mengubah mereka sehingga mereka dapat memperoleh kedamaian batin. Ketika orang-orang percaya merasakan gejolak di dalam diri, mereka memiliki sumber daya untuk mengatasinya. "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus" (Filipi 4:6-7).
Demikian juga, ketika orang percaya diubahkan menjadi orang yang lebih mengasihi dan lebih menyerupai Kristus, mereka memiliki sumber daya untuk hidup lebih baik dalam kedamaian dengan orang-orang di sekitar mereka. Mereka mengembangkan kemampuan untuk mengampuni kesalahan yang dilakukan kepada mereka dan menjadi lebih sadar akan kesalahan yang mungkin mereka lakukan kepada orang lain. Seiring dengan meningkatnya kedewasaan rohani seorang Kristen, ia akan mampu menolong orang lain dengan cara yang tidak mungkin dilakukan sebelumnya. Ketika ia menolong orang lain dengan kerendahan hati, banyak konflik antarpribadi yang dapat dihindari. "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!" (Roma 12:18). Dengan cara ini, orang Kristen akan mengalami lebih banyak kedamaian antarpribadi.
Namun, ada kalanya konflik interpersonal justru semakin memburuk ketika seseorang menjadi percaya kepada Kristus. Inilah yang Yesus maksudkan ketika Dia mengatakan bahwa Dia tidak datang untuk membawa damai di bumi dalam Matius 10:34-36. Yesus memperingatkan tentang penganiayaan yang akan menimpa para pengikut-Nya ketika mereka menghadapi dunia yang menolak-Nya. Meskipun orang-orang Kristen di dunia Barat, selama beberapa abad terakhir, telah mengalami tingkat perlindungan yang luar biasa dari penganiayaan, sebagian besar dunia selama dua puluh abad terakhir sangat memusuhi orang-orang Kristen. Namun, terlepas dari kekacauan interpersonal yang mungkin dialami oleh orang Kristen ketika mereka yang menolak Kristus juga menolaknya - bahkan anggota keluarganya sendiri - orang Kristen masih dapat memiliki kedamaian batin. Yesus berjanji, "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu" (Yohanes 14:27). Tuhan kita juga berkata, "Inilah perintah-Ku kepadamu: 'Kasihilah seorang akan yang lain.' 'Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu'" (Yohanes 15:17-20). Dan, "Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia" (Yohanes 16:33). Dalam hal ini, Yesus tidak datang untuk membawa damai sejahtera kepada dunia yang tidak percaya, tetapi Dia membawa damai sejahtera bagi mereka yang percaya kepada-Nya.
Namun, bagaimana dengan "damai di bumi" yang diserukan oleh para malaikat pada saat kelahiran Yesus? Kedatangan Yesus yang pertama tidak membawa perdamaian internasional; namun, Dia berjanji bahwa Dia akan datang kembali. Satu-satunya cara agar perdamaian internasional dapat terwujud adalah ketika setiap lutut bertelut dan setiap lidah mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan (Filipi 2:10) dan Tuhan mengambil tempat yang layak sebagai Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuan. Ketika Kristus memerintah sebagai Raja dan bangsa-bangsa hidup dalam ketaatan kepada-Nya, maka akan ada perdamaian dunia (lihat Mikha 4:2-4; Yesaya 2:4).
Singkatnya, Yesus, sang Raja Damai, datang untuk menyediakan jalan bagi manusia berdosa untuk memiliki kedamaian dengan Tuhan. Dia memberikan sumber daya kepada orang-orang percaya untuk mengalami kedamaian batin dan membantu mereka untuk menjadi orang yang dapat hidup dalam damai dengan orang lain. Namun, sebagaimana Yesus mengalami penganiayaan, demikian pula para pengikut-Nya. Namun, bahkan dalam penganiayaan, mereka dapat mengalami damai sejahtera Tuhan. Dan akhirnya, ketika Yesus datang kembali dan mendirikan kerajaan-Nya, dunia akan dipersatukan dalam damai sejahtera.
English
Apakah Yesus datang untuk membawa damai di bumi?