Pertanyaan
Bagaimana seharusnya seorang Kristen memandang apartheid?
Jawaban
Apartheid adalah sistem pemisahan berdasarkan ras, jenis kelamin, atau faktor lain yang didominasi oleh golongan yang berkuasa. Apartheid sangat erat kaitannya dengan iklim politik Republik Afrika Selatan dari tahun 1948 hingga 1994 di mana populasi minoritas kulit putih mengendalikan pemerintahan. Tokoh kunci dalam mempublikasikan dan akhirnya meruntuhkan apartheid di Afrika Selatan adalah Nelson Mandela.
Apartheid dianggap sebagai kata politik, tetapi masih muncul dengan cara lain. Dalam beberapa tahun terakhir, supremasi kulit putih semakin terkenal di Amerika Serikat dan Eropa. Dipicu oleh kebencian dan informasi yang salah, kelompok-kelompok supremasi kulit putih seperti KKK dan neo-Nazi menjadi lebih keras dan lebih mengganggu dalam ancaman mereka. Liputan media tampaknya memvalidasi ideologi mereka yang terganggu, sementara semakin banyak orang kulit putih yang tidak puas bergabung dengan mereka. Kecemasan mereka terhadap kejahatan, geng, dan negara kesejahteraan mungkin nyata, tetapi semangatnya salah tempat. Ras lebih mudah diidentifikasi daripada masalah-masalah yang tertanam dalam yang menyebabkan seseorang membuat pilihan yang buruk. Alih-alih menghadapi penyebab sebenarnya di balik masalah-masalah masyarakat, para skinhead (kelompok rasis) justru menyalahkan seluruh demografi. Warna kulit adalah target para pemalas.
Meskipun prasangka rasial telah lama menjadi bagian dari sejarah manusia, apartheid membawa prasangka tersebut selangkah lebih maju. Di Afrika Selatan, ketika pemilik tanah berkulit putih berkuasa, mereka dengan cepat mengesahkan undang-undang untuk mencegah penjualan tanah kepada warga kulit hitam. Mereka kemudian mengeluarkan undang-undang yang memaksa ras untuk hidup dan bekerja secara terpisah, dengan demikian memastikan bahwa hanya pemilik tanah berkulit putih yang dapat memegang jabatan politik. Kata-kata Lord Acton pada tahun 1887 terdengar benar dalam kaitannya dengan apartheid di Afrika Selatan: "Kekuasaan cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut akan korup secara absolut."
Tanggapan seorang Kristen terhadap segala bentuk prasangka rasial adalah dengan menolaknya. Prasangka adalah bagian dari sifat alamiah manusia yang telah jatuh ke dalam dosa (Roma 3:23; Mazmur 51:5). Kita semua memiliki prasangka pada tingkat tertentu, entah itu prasangka rasial, gender, pendidikan, atau sosio-ekonomi. Meninggikan diri sendiri dengan merendahkan orang lain adalah hal yang umum di antara manusia, namun, ketika kita berserah kepada Kristus, Dia akan mengubah sifat kita (2 Korintus 5:17). Apa yang terasa "normal" bagi kita harus dibawa ke bawah mikroskop keyakinan Roh Kudus dan dilihat sebagaimana Dia melihatnya. Kolose 3:9-11 mengatakan, "Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu."
Tidak ada tempat untuk prasangka rasial atau pemikiran seperti apartheid dalam kehidupan orang yang percaya kepada Kristus. Perbedaan rasial tidak boleh dikutuk atau diabaikan, tetapi dirayakan-terutama di dalam keluarga Tuhan. Akan ada pelangi warna kulit dan etnis yang mengelilingi takhta Tuhan suatu hari nanti, bukan karena Tuhan menoleransi hal itu, tetapi karena Dia mengasihi hal itu (Wahyu 7:9; 14:6). Dia menciptakan kita masing-masing seperti yang Dia inginkan (Mazmur 139:13) dan menikmati berbagai cara kita memantulkan kemuliaan-Nya melalui penampilan fisik, sifat-sifat yang kita warisi, dan variasi etnis kita. Galatia 3:28 mengatakan, "Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus." Salah satu kerinduan Yesus yang paling dalam adalah agar kita "menjadi satu" sebagaimana Dia dan Bapa adalah satu (Yohanes 17:21). Apartheid menghancurkan kesatuan itu; oleh karena itu, orang Kristen harus membencinya seperti halnya Tuhan membencinya.
English
Bagaimana seharusnya seorang Kristen memandang apartheid?