Pertanyaan

Apakah silsilah yang tiada putus-putusnya dalam 1 Timotius 1:4?

Jawaban
Dalam 1 Timotius 1:3-4, Paulus mendesak Timotius untuk tetap tinggal di Efesus untuk "menasihatkan orang-orang tertentu, agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman." Mereka yang mengabdikan diri pada "silsilah yang tiada putus-putusnya" memiliki keasyikan yang berlebihan dengan garis keturunan dan garis warisan.

Tentu saja, Taurat memuat beberapa silsilah tokoh-tokoh Alkitab, tetapi guru-guru palsu telah membuat penafsiran yang spekulatif dan alegoris tentang silsilah Perjanjian Lama. Selain itu, kaum Yudaisme dan para pengikut Hukum Musa lainnya berusaha keras dalam upaya mereka menelusuri garis keturunan mereka sampai ke bapa leluhur, menciptakan silsilah yang berbelit-belit. Kegiatan seperti itu, kata Paulus, mengalihkan perhatian orang percaya dari "tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman" (1 Timotius 1:4).

Paulus juga menyoroti bahaya "silsilah yang tiada putus-putusnya" dalam Titus 3:9: "hindarilah persoalan yang dicari-cari dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran mengenai hukum Taurat, karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka." Penekanan Paulus di sini adalah pada kesia-siaan "silsilah yang tiada putus-putusnya" yang tidak memajukan kerajaan Allah di bumi. Silsilah seperti itu hanya menciptakan kontroversi dan perselisihan. Tidak ada gunanya berfokus pada teori-teori yang fantastis, dan pengajaran mereka mengarah pada hal-hal yang bertentangan dengan "memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera" (Efesus 4:3).

Karena spekulasi tentang silsilah yang tiada putus-putusnya memiliki dampak yang merugikan bagi gereja, orang percaya harus berusaha menghindarinya. Kesatuan harus dipelihara dengan sungguh-sungguh. Dalam 1 Korintus 1:10, Paulus berkata, "aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata." Untuk dapat bersatu dalam pikiran dan penilaian yang sama, kita harus menghindari perdebatan mengenai silsilah yang tiada putus-putusnya dan topik-topik lain yang menciptakan perpecahan di dalam gereja.

Guru-guru palsu menggunakan "silsilah yang tiada putus-putusnya" untuk menciptakan mitos-mitos yang rumit dan fantastis tentang tokoh-tokoh Perjanjian Lama. Penyalahgunaan silsilah Perjanjian Lama oleh mereka merupakan simbol dari pemutarbalikan Kitab Suci untuk melayani agenda-agenda pribadi dan bukannya mempromosikan "tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman" (1 Timotius 1:4).

Bukanlah suatu kebetulan jika Paulus merujuk kepada penyalahgunaan hukum Taurat dalam 1 Timotius 1:6-7. Ia berkata, "Tetapi ada orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia. Mereka itu hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan." Guru-guru palsu telah membelokkan jemaat di Efesus dari tujuan hukum Taurat yang sebenarnya, yaitu "kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas" (1 Timotius 1:5). silsilah yang tiada putus-putusnya dengan demikian merupakan penyimpangan dari doktrin yang sehat, yang mengarah pada spekulasi yang kosong dari kuasa Injil.

Paulus mengkontraskan penggunaan "silsilah yang tiada putus-putusnya" yang bersifat spekulatif dengan "tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman" (1 Timotius 1:4). Kata Yunani yang diterjemahkan sebagai "tertib hidup keselamatan" mengacu pada rencana keselamatan Tuhan yang baik. Silsilah yang tiada putus-putusnya mengurangi rencana penebusan Tuhan dengan menggantikan penatalayanan berdasarkan iman dengan spekulasi yang sia-sia.

Orang-orang percaya harus dengan setia memajukan kerajaan Tuhan dengan tetap berkomitmen pada injil. Mereka tidak boleh membiarkan diri mereka teralihkan oleh teori-teori buatan manusia yang tidak bermanfaat. Dalam Efesus 1:10, Paulus berbicara tentang rencana Tuhan "untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi." Ekonomi ilahi Tuhan sangat kontras dengan kekacauan dan spekulasi yang ditimbulkan oleh silsilah yang tiada putus-putusnya. Orang-orang percaya dipanggil untuk berpartisipasi dalam rencana Tuhan melalui iman, kasih, dan ketaatan kepada Firman Tuhan.

1 Timotius 1:4 mengingatkan orang-orang percaya untuk menghindari "silsilah yang tiada putus-putusnya" dan fokus pada tujuan sejati Injil, yaitu kasih, damai sejahtera, dan persatuan. Kita harus memajukan kerajaan Tuhan melalui penatalayanan yang dipercayakan kepada kita oleh Tuhan. Ketika kita menghindari untuk tidak terlibat dalam diskusi tentang silsilah yang tiada putus-putusnya, kita dapat tetap berkomitmen dan setia pada misi, dengan berlandaskan pada kebenaran Firman Tuhan. Dengan demikian, kita dapat menjadi saksi-saksi yang efektif bagi Kristus.