Pertanyaan

Apa artinya hidup seperti malaikat di sorga (Matius 22:30)?

Jawaban
Dalam Matius 21:23-22:46, Yesus mendapati diri-Nya berada dalam percakapan yang menantang dengan para pemimpin Bait Allah di Yerusalem. Para tua-tua rohani ini, jauh dari mencari pencerahan, secara aktif menentang otoritas Yesus. Tujuan mereka bukanlah untuk terlibat dalam sebuah diskusi rohani, melainkan untuk mencari cara untuk menjebak Yesus, yang berujung pada penangkapan dan penghukuman terhadap-Nya (lihat Matius 19:3; 21:46; 22:15). Sebagai jawaban atas salah satu pertanyaan jebakan mereka, Yesus berkata, "Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga" (Matius 22:30).

Pertanyaan yang mendorong jawaban Yesus datang dari orang-orang Saduki. Mereka berusaha menerapkan Hukum Musa tentang pernikahan levirat dalam Ulangan 25:5-10 ke dalam sebuah skenario hipotetis yang rumit. Dalam skenario ini, seorang pria meninggal dunia, meninggalkan seorang janda yang tidak memiliki anak. Tujuh saudara laki-laki dari pria tersebut, satu demi satu, menikahi wanita itu, dan semuanya meninggal tanpa anak. Akhirnya, perempuan itu sendiri meninggal dunia (Matius 22: 24-27). Orang-orang Saduki kemudian bertanya, "Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia" (Matius 22:28).

Hal yang penting dalam percakapan ini adalah bahwa orang-orang Saduki tidak percaya akan kebangkitan orang mati di masa depan (lihat Matius 22:23). Mereka hanya menerima Pentateukh, atau lima kitab pertama Musa, sebagai Kitab Suci yang kudus dan berotoritas. Orang-orang Saduki menolak dunia roh, malaikat, dan doktrin kebangkitan (lihat Kisah Para Rasul 23:8). Oleh karena itu, mereka beranggapan bahwa Yesus tidak akan dapat menjawab pertanyaan mereka karena, menurut mereka, kebangkitan hanyalah mitos belaka.

Yesus menjawab tantangan mereka secara langsung, dengan mengatakan kepada orang-orang Saduki bahwa anggapan mereka tentang pernikahan dan kebangkitan adalah salah. Mereka tidak memahami sebagian besar isi Perjanjian Lama dan tidak tahu apa-apa tentang kuasa kebangkitan Tuhan: "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah! Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga" (Matius 22:29-30).

Dalam ketidaktahuan mereka, orang-orang Saduki mengarang anggapan-anggapan konyol alih-alih mendengarkan dan belajar dari Yesus, yang adalah "kekuatan Allah dan hikmat Allah" (1 Korintus 1:24). Yesus mengindikasikan bahwa malaikat tidak menikah atau beranak pinak, dan mereka yang dibangkitkan di akhirat akan memiliki karakteristik ini. Dengan demikian, wanita dalam skenario orang Saduki tidak akan menjadi istri siapa pun pada saat kebangkitan.

Meskipun Alkitab tidak mengatakan mengapa kita tidak akan menikah di surga, para komentator menyarankan beberapa alasan yang masuk akal. Pertama, manusia tidak perlu menikah dan beranak cucu-untuk "Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi," seperti yang Tuhan katakan kepada Nuh dalam Kejadian 9:1. Tidak akan ada lagi alasan untuk memenuhi bumi dengan keturunan karena kematian tidak akan ada lagi.

Pernyataan Yesus bahwa manusia akan menjadi seperti malaikat-malaikat Tuhan di surga, ditambah dengan ajaran Paulus tentang pernikahan dalam Efesus 5:22-33, menunjukkan kesimpulan tambahan-bahwa Tuhan melembagakan pernikahan di bumi untuk menunjukkan realitas surgawi atau spiritual yang lebih besar. Bagi orang-orang percaya di bumi, pernikahan adalah gambaran hubungan antara Yesus Kristus, sang Mesias, dan mempelai-Nya, yaitu gereja. Ketika pernikahan sorgawi yang sesungguhnya antara Mempelai Laki-Laki dan Mempelai Perempuan Kristus (tubuh kolektif orang-orang yang telah ditebus) terjadi di surga, maka tujuan dari pernikahan akan terpenuhi (Wahyu 19:7-9; 21:1-2). Tidak akan ada lagi kebutuhan bagi manusia untuk menikah karena pernikahan akan digantikan oleh realitas tertinggi yang dituju.

Manusia tidak akan menjadi malaikat atau menjadi seperti malaikat dalam segala hal di dalam kekekalan. Manusia dan malaikat adalah makhluk yang sangat berbeda. Pernyataan Yesus bahwa kita akan menjadi seperti malaikat-malaikat Tuhan di surga berarti bahwa pria dan wanita tidak akan menikah atau dinikahkan di kehidupan selanjutnya. Ketika Yesus menyatakan kebenaran ini, Dia tidak mengatakan apa pun yang menunjukkan bahwa kita tidak akan mengenali pasangan kita atau mengingat pernikahan kita di surga. Namun, kemungkinan besar, sukacita dan kasih yang sempurna dari rumah tangga kekal kita di hadirat Bapa akan jauh melebihi ikatan manusiawi yang paling intim sekalipun yang kita alami selama di dunia ini (lihat Yesaya 35:10; 51:11; Roma 8:18; 1 Korintus 2:9; Wahyu 7:17; 21:4; 22:3-5).