Pertanyaan

Apa artinya percaya dan tidak bimbang (Matius 21:21)?

Jawaban
Dalam Matius 21:21-22, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi. Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." Kita tahu bahwa iman diperlukan untuk menyenangkan hati Tuhan (Ibrani 11:6), sehingga mudah untuk memahami mengapa Yesus sangat menekankan pentingnya iman tanpa keraguan.

Sehari sebelum Yesus mengatakan kepada para pengikut-Nya untuk memiliki iman dan tidak ragu-ragu, Dia telah mengutuk pohon ara yang tidak berbuah (Matius 21:18-19). Para murid terkejut keesokan harinya ketika melihat pohon itu layu dan mati. Yesus menggunakan pohon yang layu itu sebagai simbol penghakiman ilahi terhadap orang yang tidak berbuah. Dan Dia juga menggunakan kesempatan itu untuk mengajarkan mereka tentang doa dan iman. Iman adalah tentang bergantung pada kuasa Tuhan.

Iman yang alkitabiah adalah kepercayaan yang tak tergoyahkan pada karakter dan janji-janji Tuhan. Ibrani 11:1 mendefinisikan iman sebagai "dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Tuhan itu setia dan akan menepati janji-Nya. Memiliki iman dan tidak ragu berarti mempercayai Tuhan dalam situasi dan kondisi apa pun. Ini adalah keyakinan bahwa tidak ada yang terlalu sulit atau rumit bagi Tuhan (Kejadian 18:14; Yeremia 32:17).

Keraguan adalah lawan dari iman. Kita diperintahkan untuk meminta hikmat kepada Tuhan, "Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya" (Yakobus 1:6-8). Keraguan memecah belah hati dan pikiran, merusak kepercayaan kepada Tuhan. Yesus menekankan pentingnya pengabdian yang teguh ketika Dia memerintahkan kita untuk beriman dan tidak ragu. Sebagai orang percaya, kita harus melawan keraguan dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada kehendak Tuhan.

Dalam Markus 9, para murid tidak dapat mengusir setan dari seorang anak laki-laki yang kerasukan. Yesus datang dan melakukan mukjizat itu sendiri, dan dalam prosesnya Dia berbicara dua kali tentang perlunya iman (ayat 19 dan 23). Ketika para murid kemudian bertanya kepada Tuhan mengapa mereka gagal, Yesus menyebutkan perlunya berdoa (ayat 29). Jadi, para murid tahu apa yang Tuhan inginkan untuk dilakukan, tetapi mereka goyah dalam iman mereka dan tidak berdoa secara efektif. Mereka membiarkan keraguan mencemari doa-doa mereka. Tuhan mampu, tetapi Dia memilih untuk merespons iman yang berakar di dalam Kristus Yesus.

Imbalan untuk memiliki iman dan tidak ragu adalah doa yang dijawab: "Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu" (Markus 11:24). Tentu saja, prinsip yang harus dipahami dalam doa adalah bahwa apa yang kita minta haruslah sesuai dengan kehendak Tuhan. Doa yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan tidak dapat dikatakan sebagai doa yang diajukan "dengan iman." Orang-orang percaya selalu peka terhadap fakta bahwa doa-doa mereka tunduk pada kebijaksanaan ilahi.

Iman membutuhkan kesabaran, dan kehidupan Abraham adalah contoh yang luar biasa. Meskipun usianya sudah tua, Abraham percaya pada janji Tuhan untuk mendapatkan seorang anak laki-laki (Kejadian 15:6). "Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah" (Roma 4:20-21). Memiliki iman tanpa keraguan membawa kemuliaan bagi Allah.

Mengalahkan rasa takut sangat penting untuk mempertahankan iman dan menghindari keraguan. Petrus secara ajaib berjalan di atas air Galilea, tetapi ia mulai tenggelam ketika ia berfokus pada badai dan bukan pada Kristus. Yesus dengan lembut menegurnya: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?" (Matius 14:31). Dengan menjaga pandangan kita tetap tertuju kepada Yesus, kita dapat menaklukkan ketakutan kita.

Iman menuntun pada ketaatan. Yakobus 2:17 berkata, "Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." Ketaatan menjadi bukti dari iman. Kita harus menaruh kepercayaan kita kepada Tuhan. Bebas dari keraguan, iman memampukan kita untuk hidup dengan berani bagi Yesus dan memuliakan Tuhan. Di dalam Kristus, "kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya" (Efesus 3:12).

Mereka yang "percaya" percaya kepada Kristus. Mereka yang "tidak bimbang" tahu bahwa segala sesuatu ada di tangan Tuhan. Tuhan mengatasi rintangan dan menghasilkan buah bagi kerajaan-Nya. Mari kita mengarahkan pandangan kita kepada Yesus (Ibrani 12:1-2).