www.GotQuestions.org/Indonesia



Pertanyaan: Bagaimana caranya memulihkan sakit hati akibat hubungan yang rusak?

Jawaban:
Dunia ini penuh dengan orang yang hancur hati, patah hati, dan hubungan yang rusak. Derita yang dialami dalam hubungan yang rusak sangat pedih, tidak begitu berbeda dengan rasa berduka. Kadang orang begitu terpukul sehingga mereka tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya, dan dalam kasus tertentu, dapat menyebabkan gangguan jiwa dan bahkan keinginan untuk bunuh diri. Dunia menawarkan berbagai cara untuk menanggulangi sakit hati tersebut: mengkonsumsi obat penenang, menuangkan semua kegeraman dalam tulisan kemudian menyobeknya, pergi berbelanja, dsb. Banyak yang menyarankan untuk berpikir positif saja. "Obat" yang paling mujarab adalah waktu. Meskipun intensitas sakit hati dapat memudar dengan berjalannya waktu, hanya seorang anak Allah saja yang dapat dipulihkan secara penuh karena hanya orang Kristen saja yang mempunyai kuasa Roh Allah, Ia yang "menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka" (Mazmur 147:3).

Yesus betul mengerti sakitnya penolakan. "Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya" (Yohanes 1:11). Yesus dikhianati oleh salah satu kerabat terdekatnya (Yohanes 6:71; baca juga Mazmur 41:9). Dimana kita menghadapi kesakitan hati akibat hubungan yang rusak, kita perlu membawa beban kita kepada-Nya (1 Petrus 5:7). Ia menangis dengan mereka yang menangis (Yohanes 11:35; Roma 12:15), dan Ia "turut merasakan kelemahan-kelemahan kita" (Ibrani 4:15).

Hubungan yang rusak dapat menghadirkan berbagai macam emosi negatif. Orang Kristen mengerti bahwa emosi sesaat bukan pemimpin yang baik. Yesus Kristus telah memberkati kita dengan setiap berkat rohani dan telah membuat kita layak diterima dalam DiriNya (Efesus 1:3,6). Penerimaan-Nya jauh lebih agung dibandingkan penolakan dari pihak lain karena itulah kepastian, bukan sekedar harapan belaka. Kita tahu Allah menerima kita karena Firman Allah menyatakan demikian, dan dengan menerapkan kebenaran tersebut pada iman kita, hati dan kehidupan kita diubahkan.

Semua orang pasti merasakan sakitnya hubungan yang rusak pada waktu yang berbeda. Kita pasti disakiti dan dikecewakan karena kita hidup di dunia yang terjatuh. Respon kita terhadap kesakitan dan kekecewaan itulah yang dapat menguatkan jalan kita dengan Tuhan. Allah berjanji akan menemani kita melewati kekecewaan dalam kehidupan ini (Ibrani 13:5), dan Ia ingin kita tahu bahwa pemeliharaan-Nya nyata. Kasih karunia dan penghiburan-Nya adalah milik kita ketika kita beristirahat di dalam Dia.

Setiap anak Allah yang lahir baru memiliki berkat dalam Kristus, tetapi kita harus dengan sadar menggunakan berkat-berkat itu. Hidup dalam kekelaman dan rasa tertolak akibat hubungan yang rusak bagaikan memiliki satu miliar di rekening tabungan kita, namun hidup seperti orang miskin karena tidak pernah melakukan penarikan. Dan kita juga tidak mungkin menggunakan apa yang tidak tahu kita miliki. Jadi, setiap orang percaya perlu "bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus" (2 Petrus 3:18) dan "berubahlah oleh pembaharuan budimu" (Roma 12:2). Kita perlu menghadapi hidup ini dengan pemahaman yang benar tentang berjalan dalam iman.

Sebagai orang percaya kita tidak terperangkap oleh kegagalan di masa lalu, atau penolakan orang lain, atau kekecewaan. Kita dikenal oleh hubungan kita dengan Allah. Kita adalah anak-anakNya, yang dilahirkan kembali dalam pembaruan hidup, yang dilengkapi oleh setiap berkat rohani, dan diterima dalam Kristus Yesus. Kita memiliki iman yang mengalahkan dunia (1 Yohanes 5:4).

Allah telah menyediakan kesempatan yang unik bagi setiap kita untuk melewati "segala sesuatu" dalam kehidupan ini. Kita dapat berusaha melewatinya dengan kekuatan pribadi dan apa yang disebut "kedagingan" oleh rasul Paulus, atau kita dapat melewatinya dengan kuasa Roh Kudus. Itulah pilihannya. Allah telah menyediakan perlengkapan baju perang, tetapi kita harus memilih untuk mengenakannya (Efesus 6:11-18).

Kita mungkin mengalami kekecewaan dalam kehidupan ini, namun kita adalah anak sang Raja, dan penolakan yang kita alami adalah penderitaan yang sementara jika dibandingkan dengan kemuliaan yang kekal. Kita dapat tertindas oleh keadaan itu, atau kita dapat mengklaim warisan sebagai anak Allah dan berlangkah ke depan dalam kasih karunia-Nya. Seperti Paulus, kita dapat "melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku " (Filipi 3:13).

Mengampuni orang lain juga merupakan bagian penting dalam proses pemulihan. Menolak melepaskan kepahitan atau menyimpan dendam hanya meracuni roh kita. Benar, kita mungkin disalahi, dan ya, memang sakit, namun ada kebebasan dalam mengampuni. Pengampunan adalah anugerah yang dapat kita berikan karena kita telah terdahulu menerimanya dari Tuhan Yesus Kristus (Efesus 4:32).

Betapa menghibur hati karena kita mengenal Allah yang berfirman, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau" (Ibrani 13:5). Allah selalu dekat untuk menghibur orang percaya. "Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami" (2 Korintus 1:3-4). Allah, yang tidak dapat berdusta, telah berjanji mendampingi kita melewati semua percobaan yang kita alami: "Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau" (Yesaya 43:2).

"Serahkanlah kekhawatiranmu kepada TUHAN, maka Ia akan menopang engkau; sebab orang jujur tidak dibiarkan-Nya dikalahkan" (Mazmur 55:22, versi BIS). Realitanya ialah bahwa perasaan muncul dari pikiran, jadi, jika kita ingin merubah perasaan kita, maka kita harus merubah cara berpikir kita. Dan itulah yang dikehendaki Allah. Di dalam Filipi 2:5, umat Kristen diberitahu, "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus." Di dalam Filipi 4:8, umat Kristen diajar untuk memikirkan hal-hal yang benar, yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji. Kolose 3:2 mengajar, "pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." Ketika kita melakukan hal ini, rasa tertolak kita akan hilang.

Mengatasi derita hubungan yang rusak perlu dihadapi satu hari demi satu hari, dengan berdoa supaya dipimpin Allah, dan membaca dan merenungkan Firman Allah. Pemulihan tidak akan kita peroleh menurut upaya pribadi kita; hal itu datangnya dari Tuhan. Adalah membantu jika kita mengalihkan pandangan kita dari diri sendiri dan berfokus kepada Allah. Hubungan yang rusak memang menyakitkan, namun Tuhan penuh rahmat. Ia dapat memberi hidup kita makna, tujuan, dan sukacita. Yesus berjanji, "barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang" (Yohanes 6:37). Hubungan Tuhan dengan anak-anakNya adalah hubungan yang tidak akan pernah terputus.