www.GotQuestions.org/Indonesia



Pertanyaan: Apakah kehadiran lembu betina merah merupakan pertanda akhir zaman?

Jawaban:
Demi memenuhi persyaratan Hukum Perjanjian Lama, seekor lembu betina merah diperlukan untuk menyucikan dosa – khususnya, abu dari lembu betina merah yang dibakar habis. Lembu betina merah adalah sapi yang berwarna merah kecoklatan, yang berusia setidaknya dua tahun. Kondisinya haruslah “yang tidak bercela, yang tidak ada cacatnya dan yang belum pernah kena kuk.” Pengurbanan lembu betina merah ini unik karena yang disembelih ialah hewan betina, disembelih menjauh dari pintu masuk tabernakel, dan ialah satu-satunya yang warnanya disyaratkan.

Instruksi tentang pengurbanan lembu betina merah dicatat di dalam Bilangan 19:1-10. Imam Eleazar harus mengawasi upacara kurban diluar kemah umat Israel. Ketika hewan itu disembelih, Eleazar harus memercikkan darahnya ke arah sebelah depan Kemah Pertemuan sebanyak tujuh kali (Bilangan 19:4). Kemudian ia meninggalkan kemah itu dan mengawasi pembakaran bangkai lembu betina merah tersebut (Bilangan 19:5). Ketika bangkai itu terbakar, imam itu diperintahkan untuk melempar “kayu aras, hisop dan kain kirmizi” ke dalam api (Bilangan 19:6).

Abu dari bangkai lembu betina merah itu dikumpulkan dan disimpan “menaruhnya pada suatu tempat yang tahir di luar tempat perkemahan.” Abu itu digunakan “bagi umat Israel untuk membuat air pentahiran; itulah penghapus dosa” (Bilangan 19:9). Hukum itu merinci waktu dan cara abu lembu betina merah digunakan dalam mentahirkan mereka yang telah menyentuh mayat: “Orang yang kena kepada mayat, ia najis tujuh hari lamanya. Ia harus menghapus dosa dari dirinya dengan air itu pada hari yang ketiga, dan pada hari yang ketujuh ia tahir. Tetapi jika pada hari yang ketiga ia tidak menghapus dosa dari dirinya, maka tidaklah ia tahir pada hari yang ketujuh” (Bilangan 19:11-12). Proses persiapan cairan penyucian ini digambarkan sebagai berikut: “Bagi orang yang najis haruslah diambil sedikit abu dari korban penghapus dosa yang dibakar habis, lalu di dalam bejana abu itu dibubuhi air mengalir. Kemudian seorang yang tahir haruslah mengambil hisop, mencelupkannya ke dalam air itu dan memercikkannya ke atas kemah dan ke atas segala bejana dan ke atas orang-orang yang ada di sana, dan ke atas orang yang telah kena kepada tulang-tulang, atau kepada orang yang mati terbunuh, atau kepada mayat, atau kepada kubur itu” (Bilangan 19:17-18).

Gambaran dari lembu betina merah ini merupakan bayangan dari pengurbanan Kristus bagi dosa orang percaya. Tuhan Yesus “tidak bercela,” sama seperti lembu betina merah. Seperti lembu betina itu disembelih di “luar tempat perkemahan” (Bilangan 19:3), Yesus juga disalibkan diluar kota Yerusalem (Ibrani 13:11-12). Sama seperti abu lembu betina merah mentahirkan manusia dari kenajisan kematian, begitupula pengorbanan Kristus menyelamatkan kita dari hukuman dan kecemaran kematian rohani.

Ritual lembu betina merah ditetapkan di dalam Perjanjian Lama; sejak waktu itu, Yudaisme telah menambahkan berbagai syarat pada perintah yang seharusnya sederhana. Tradisi Talmud menyaratkan bahkan jenis tali yang digunakan untuk mengikat lembu betina merah tersebut, arah kepala lembu ketika akan disembelih, kata-kata yang diucapkan imam, penggunaan alas kaki pada waktu ritual dilaksanakan, dsb. Syarat-syarat para rabbi yang menggagalkan seekor lembu betina merah sebagai hewan kurban antara lain: jika perlu ditumpangi atau bersandar padanya, jika pernah ditumpangi kain, jika pernah ditumpangi burung, atau jika mempunyai lebih dari dua bulu berwarna putih atau hitam, antara lainnya.

Menurut tradisi para rabbi, ada sembilan lembu betina merah yang dikurbankan sejak zaman Musa. Sejak kehancuran bait kedua, tidak ada lembu betina merah yang dikurbankan. Menurut rabbi Moshe ben Maimon (1135-1204), lembu betina merah yang kesepuluh akan dikurbankan oleh sang Mesias. Mereka yang menantikan pembangunan bait ketiga mengantisipasi hadirnya lembu betina merah yang memenuhi semua syarat, karena abu dari lembu betina merah itu dibutuhkan untuk mentahirkan bait yang baru. Banyak yang beranggapan bahwa kehadiran lembu betina merah ini akan menjadi pertanda bagi pembangunan bait baru dan kembalinya Kristus. Menurut Temple Institute, kelompok yang memperjuangkan pembangunan bait baru, lembu betina merah yang tak bercela telah dilahirkan di Israel pada bulan Agustus tahun 2018.

Menurut eskatologi masa depan, bait ketiga akan didirikan di Yerusalem. Yesus bernubuat bait akan dinajiskan pada masa kesengsaraan (Matius 24:15; baca juga 2 Tesalonika 2:4); supaya itu terjadi, tentunya harus ada bait yang berdiri di Yerusalem pada masa itu. Jika berasumsi bahwa mereka yang mendedikasikan bait akhir zaman adalah mereka yang memelihara hukum Yahudi, tentunya mereka akan membutuhkan abu lembu betina merah, yang dicampur dengan air, bagi upacara penyucian. Jika lembu betina merah yang tak bercela benar telah dilahirkan, maka dapat dianggap sebagai satu bagian teka-teki dalam penggenapan nubuat Alkitab.

© Copyright Got Questions Ministries