Pertanyaan

Apa yang dimaksud Hukum Taurat ketika merujuk pada peraturan abadi / ketetapan untuk selamanya?

Jawaban
Frasa "ketetapan untuk selamanya" digunakan sebanyak 25 kali dalam Perjanjian Lama, terjemahan NIV, hampir secara eksklusif dalam Kitab-kitab Musa. Kata yang diterjemahkan "untuk selamanya" adalah bahasa Ibrani olam, yang berarti "selamanya" atau "untuk waktu yang lama". Dengan kata lain, ketetapan untuk selamanya merujuk pada perintah yang terus berlangsung.

Penyebutan pertama tentang "ketetapan untuk selamanya" ditemukan dalam Keluaran 12:14: "Hari ini akan menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi TUHAN turun-temurun. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya." Perintah ini mengacu pada Paskah yang pertama. Perayaan tersebut akan menjadi tradisi tahunan yang dipraktikkan sejak saat itu. Bukan hanya satu kali, Paskah akan menjadi sebuah perayaan yang kekal.

Selain Paskah, pembakaran lampu yang terus menerus di Kemah Suci harus menjadi ketetapan untuk selamanya, menurut Keluaran 27:21. Lampu-lampu di dalam Kemah Suci tidak bertahan selamanya, karena Kemah Suci nantinya akan digantikan oleh Bait Suci Salomo, yang kemudian dihancurkan. Gagasan di balik "ketetapan untuk selamanya" adalah bahwa hukum itu akan terus berlangsung, bukan hanya untuk satu peristiwa saja.

Keimaman Lewi Harun dan anak-anaknya juga terdaftar sebagai ketetapan untuk selamanya (Keluaran 29:9), sama seperti perintah untuk membasuh diri sebelum memasuki Kemah Pertemuan (Keluaran 30:20-22). Dalam Imamat, ketetapan-ketetapan untuk selamanya meliputi tidak boleh memakan lemak dan darah (Imamat 3:17), para imam menjauhkan diri dari alkohol (Imamat 10:9), Hari Raya Pendamaian tahunan (Imamat 16), korban yang hanya boleh dipersembahkan oleh para imam di Kemah Suci (Imamat 17:1-7), hari raya tahunan Yahudi (Imamat 23), dan lampu-lampu, minyak zaitun dan roti di hadapan Tuhan di dalam Kemah Suci (Imamat 24:1-9).

Dalam kitab Bilangan, ketetapan-ketetapan untuk selamanya lainnya disebutkan: peniupan sangkakala ketika umat akan pindah (Bilangan 10:1-10), persembahan (Bilangan 15:15), panggilan bagi orang Lewi untuk mengawasi pekerjaan Kemah Suci (Bilangan 18), dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan ritual pembersihan (Bilangan 19).

Di luar kitab-kitab ini, hanya ada dua ayat yang menyebutkan "ketetapan untuk selamanya". Dalam 2 Tawarikh 2:4, sebuah kewajiban untuk selama-lamanya dibuat mengenai pemindahan ibadah di Kemah Suci ke Bait Allah di Yerusalem. Kemudian, dalam Yehezkiel 46:14, sebuah ketetapan selama-lamanya diberikan terkait dengan bait suci di masa depan yang dinubuatkan oleh nabi Yehezkiel (biasanya disebut Bait Suci Seribu Tahun).

Seperti yang dicatat dalam ayat-ayat ini, gagasan tentang ketetapan untuk selamanya mengindikasikan sebuah hukum yang sedang berlangsung, tetapi tidak selalu dimaksudkan untuk kekal. Selain itu, ketetapan-ketetapan untuk selamanya dalam Alkitab berkaitan dengan kemah suci, bait suci, dan praktik-praktik ibadah bani Israel. Yang pertama dan mungkin yang paling terkenal dari praktik-praktik ini adalah Paskah, ketetapan abadi yang menandai awal yang baru bagi bangsa Israel. Semua ketetapan untuk selamanya ini diperintahkan oleh Allah kepada umat-Nya sebagai cara untuk menaati dan menghormati-Nya.