www.GotQuestions.org/Indonesia



Pertanyaan: Apa kata Alkitab mengenai keselamatan rumah tangga?

Jawaban:
Supaya kita mempunyai pengertian yang benar tentang apa yang diajarkan Alkitab mengenai keselamatan rumah tangga kita harus mulai mempelajari apa kata Alkitab mengenai keselamatan secara umum dan pemilihan secara khusus. Kita memulainya dengan mengetahui bahwa hanya ada satu jalan untuk selamat, yaitu melalui iman dalam Yesus Kristus (Matius 7:13-14; Yohanes 6:67-68, 14:6; Kisah 4:12; Efesus 2:8). Kita juga tahu bahwa perintah untuk percaya diutarakan kepada individu dan tindakan percaya adalah tindakan pribadi. Pengertian konsep ini penting supaya kita mencapai pengertian yang benar tentang keselamatan rumah tangga, dimana kita berfokus bahwa keselamatan hanya datang melalui seorang pribadi mempercayai Kristus. Bukannya seorang ayah dapat beriman demi putra atau putrinya, atau satu anggota keluarga dapat percaya sehingga menjamin semua anggota keluarganya juga akan percaya.

Sebaliknya, Yesus Sendiri memberitahukan bahwa Injil akan seringkali memisah keluarga. Sebagai contoh, dalam Matius 10:34-36 Yesus berkata: ""Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya." Lagipula jika kita mengerti apa yang diajarkan Alkitab mengenai pemilihan, kita mengerti bahwa Allah memilih individu untuk selamat dan hanya yang dipilihnya saja yang selamat (Yohanes 6:44-65). Ini mengindikasi bahwa pemilihan dan keselamatan tidak berbentuk badan korporat yang menyeluruh melainkan kepada pribadi-pribadi saja. Allah memilih individu untuk selamat (Roma 9:6-18), dan mereka yang dipilih akan percaya dan diselamatkan (Kisah 13:48).

Jadi, jika keselamatan adalah tindakan pribadi, bagaimana kita dapat mengerti bagian-bagian Alkitab yang seolah-olah menyiratkan janji keselamatan seluruh rumah tangga? Bagaimana kita dapat menemukan kebutuhan iman individu dengan janji seperti Kisah 11:14 yang mengindikasi janji yang diberi kepada Kornelius bahwa rumah tangganya akan diselamatkan? Pertama, seperti semua bagian Firman, penting untuk dimengerti tujuan dan jenis kitab yang mengandung rekaman peristiwa ini. Dalam kasus ini ayat yang ditemukan adalah dalam kitab Kisah, yang merupakan naratif bersejarah mengenai peristiwa aktual yang terjadi. Ini penting diketahui karena Allah berjanji kepada Kornelius bahwa seluruh keluarganya akan selamat bukan berarti bahwa prinsip yang sama berlaku bagi setiap rumah tangga sepanjang sejarah. Dalam kata lain, ialah janji kepada seorang khusus pada waktu spesifik. Kita harus waspada dalam menafsirkan janji-janji Allah antara yang sifatnya global atau individu saja, karena penempatannya dalam sejarah juga harus dipertimbangkan pula.

Kedua, kita perlu mengamati cara dimana Allah menggenapi janji-Nya kepada Kornelius. Jika kita membaca Kisah 10:33, kita melihat bahwa Kornelius dan rumah tangganya berkumpul untuk "mendengarkan apa yang ditugaskan Allah kepadamu [Petrus]." Dalam kata lain, mereka berkumpul dalam suatu tempat dan posisi untuk mendengar Injil yang merupakan "kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya" (Roma 1:16). Ketika mendengar Injil yang disampaikan Petrus, semua dalam rumah tangga Kornelius percaya dan dibaptis (Kisah 11:15-18). Jadi, walaupun Allah menjanjikan kepada Kornelius bahwa rumah tangganya akan diselamatkan, cara mereka diselamatkan masih sesuai dengan rancangan keselamatan Allah secara umum, yakni melalui Injil yang dikhotbahkan. Mereka tidak selamat hanya karena Kornelius percaya melainkan karena mereka sendiri percaya.

Satu bagian lain dalam kitab Kisah yang mengandung janji keselamatan rumah tangga ditemukan dalam Kisah 16:31. Disini seorang sipir penjara Filipi bertanya, "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" Kepadanya Paulus dan Silas menjawab, ""Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." Sekali lagi, penting untuk diingat bahwa janji ini diberikan kepada seseorang khusus dan dalam konteks yang spesifik; akan tetapi lain dengan janji kepada Kornelius, janji ini mengandung pengertian yang global dan mengarungi waktu dan konteks global pula. Janji ini bukan merupakan janji keselamatan rumah tangga melainkan janji yang sejalur dengan setiap ayat Alkitab yang berbicara tentang keselamatan. Ialah janji bahwa jika Anda percaya kepada Yesus "anda akan diselamatkan." Jadi, jika kita mempelajari konteks bagian ayat ini, kita melihat bahwa keselamatan itu datang melalui pendengaran Firman Allah dan memberi respon secara iman (Kisah 16:32). Sekali lagi, yang diajarkan ini konsisten dengan setiap ayat Alkitab mengenai keselamatan. Secar pribadi orang mendengar Injil dan merespon dengan iman dan diselamatkan. Mereka tidak diselamatkan karena mereka adalah anggota keluarga sipir penjara; sebaliknya, mereka diselamatkan karena mereka mempercayai pesan Injil dan meresponi dengan iman.

Ayat ketiga dalam Perjanjian Baru yang seringkali digunakan untuk mengajar keselamatan rumah tangga ditemukan dalam 1 Korintus 7:14: "Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus." Apakah ayat ini mengajarkan bahwa pasangan yang tidak percaya dapat dikuduskan atau diselamatkan dengan basis iman pasangannya di dalam Kristus, atau anak mereka akan kudus karena salah satu orang tua mereka selamat? Tentunya jawabannya adalah "tidak" karena pengertian tersebut tidak konsisten dengan seluruh ajaran Firman. Hal ini akan menjadi jelas jika kita mempelajari konteksnya. Dalam kasus ini, konteksnya tidak berurusan dengan keselamatan atau pengudusan sama sekali. Yang sedang diulas adalah pernikahan antara suami dan istri, dan ayat-ayat setelahnya mengulas isu orang Kristen yang mempunyai pasangan hidup yang tidak percaya. Paulus mengajarkan bahwa orang Kristen tidak boleh menjadi "pasangan yang tidak seimbang" dalam pernikahan mereka yang orang yang tidak percaya. Dalam bagian ini, ia menjelaskan bahwa jika seorang sudah menikah dengan orang yang tidak percaya maka mereka harus melanjutkan pernikahan selama orang yang tidak percaya menyetujuinya. Alasan hal ini diperbolehkan karena hubungan pernikahan tersebut telah dikuduskan berdasarkan iman pasangan yang percaya. Sehingga, anak keturunan dari hasil pernikahan tersebut adanya sah dalam pandangan Allah walaupun orang Kristen tidak diperbolehkan menjadi pasangan yang tak seimbang dengan orang sesat.

Salah satu pelajar Yunani bernama A.T. Robertson menulis dalam bukunya "Gambaran Firman dari Perjanjian Baru" (Word Pictures of the New Testament) mengenai 1 Korintus 7:14: " Paulus tentunya tidak berkata bahwa suami yang tidak percaya diselamatkan oleh iman istri yang percaya. Dengan jelas artinya adalah hubungan pernikahan tersebut dikuduskan sehingga perceraian tidak dibutuhkan. Jika seorang suami atau istri adalah orang percaya dan pasangan satunya setuju untuk tetap menikah, maka pernikahan tersebut adalah kudus dan tidak perlu diceraikan...Jika hubungan orang tua mereka adalah kudus, kelahiran anak mereka pun juga kudus (bukan anak haram)."

Fakta bahwa 1 Korintus 7:14 bukan mengajarkan bentuk keselamatan rumah tangga dapat dilihat melalui pertanyaan retoris Paulus dalam 1 Korintus 7:16: "Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?" Jawabannya adalah mereka tidak tahu karena hanya Allah yang tahu siapa yang diselamatkan dan siapa yang tidak.

Walaupun tidak ada janji "keselamatan rumah tangga" yang dapat diklaim oleh orang percaya, ini bukan berarti kita tidak boleh berharap, berdoa, dan berkarya demi keselamatan keluarga kita. Walaupun ada kalanya seperti yang diramalkan Yesus dalam Matius 10:34-36 bahwa keselamatan akan memisahkan keluarga, juga ada kalanya dimana Allah Abraham juga menjadi Allah Sara, kemudian Ishak dan Yakub. Sebagaimana dikatakan Charles Spurgeon: "...walaupun anguerah keselamatan tidak diwariskan secara lahiriah dalam darah keturunan, dan kelahiran baru bukanlah melalui darah keturunan atau kelahiran jaskani, tetapi sering terjadi - saya berkata, hampir selalu terjadi - bahwa Allah, melalui salah satu anggota keluarga, menarik yang lain kepadanya. Allah memanggil seorang pribadi, dan menggunakan pribadi itu menjadi pemikat rohani bagi sisa keluarganya supaya terjangkau oleh jaringan injil." Allah tidak hanya menetapkan atau memilih individu kepada keselamatan. Ia juga menetapkan cara mereka akan diselamatkan, yang adalah melalui pendengaran dan pemberian respon dalam iman terhadap pesan Injil. Sebagaimana dikomunikasikan oleh Spurgeon, ini seringkali melibatkan seorang anggota keluarga, dimana Allah menyelamatkan satu orang dan menggunakan mereka supaya orang lain dalam keluarga juga akan mendengar Firman Allah, percaya, dan diselamatkan.

© Copyright Got Questions Ministries