Pertanyaan

Apakah yang dimaksud dengan "kebodohan pemberitaan Injil" dalam 1 Korintus 1:21?

Jawaban
Orang-orang percaya di Korintus adalah bayi-bayi rohani yang masih memiliki kesalahpahaman tentang hikmat Tuhan, prinsip-prinsip kerajaan-Nya, dan kebenaran berita Injil. Maka, dalam 1 Korintus 1:18-31, rasul Paulus menjelaskan bahwa hikmat Tuhan telah lama dianggap omong kosong oleh orang-orang fasik. Dengan menggunakan retorika untuk menyanggah para penentangnya (lihat 1 Korintus 1:10-17), Paulus menegaskan bahwa banyak orang yang memiliki pikiran paling cemerlang di dunia ini meremehkan pesan Injil dan mengklasifikasikannya sebagai kebodohan: "Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil" (1 Korintus 1:20-21).

"Kebodohan pemberitaan Injil" yang Paulus bicarakan dalam 1 Korintus 1:21 adalah kuasa dan hikmat Tuhan yang paradoksal di dalam pribadi Yesus Kristus (lihat 1 Korintus 1:24, 30). Istilah Yunani yang diterjemahkan sebagai "kebodohan" dalam 1 Korintus 1:21 berarti "pikiran yang konyol, kebodohan, pendapat atau gagasan yang salah atau tidak berdasar." Mereka yang belum diselamatkan - mereka yang tidak memiliki Roh Tuhan yang mendiami mereka, menerangi dan memperbaharui pikiran mereka - tidak dapat menerima hikmat Tuhan, yang disampaikan setiap kali pesan Injil diberitakan: "Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah" (1 Korintus 1:18).

Pesan salib adalah bahwa Tuhan mengutus Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, untuk disalibkan sebagai korban penebusan bagi dosa-dosa manusia. Karena Yesus telah memberikan nyawa-Nya di kayu salib, semua orang yang menaruh iman kepada-Nya dapat menerima pengampunan dan keselamatan-Nya. Bagi mereka yang belum diselamatkan, kebenaran esensial Injil sama saja dengan omong kosong yang tidak berarti karena pikiran duniawi hanya menghargai dan mengapresiasi kebijaksanaan manusia.

Paulus menggarisbawahi perbedaan yang mencolok antara hikmat manusia dan hikmat Tuhan. Ia memperkuat pengajarannya dengan merujuk pada Yesaya 29:14, di mana sang nabi menegur Israel yang mengandalkan "hikmat orang-orangnya yang berhikmat" dan "kearifan orang-orangnya yang arif" dan bukannya hikmat ilahi Tuhan. Orang-orang percaya di Korintus juga melakukan kesalahan besar yang sama. Alih-alih percaya pada hikmat yang turun dari surga, mereka justru mengandalkan hikmat yang oleh Yakobus disebut sebagai hikmat "dari dunia, dari nafsu manusia," dan "dari setan-setan" (Yakobus 3:15). Dalam ketidakdewasaan rohani mereka, jemaat Korintus masih berpikir dan bertindak seperti orang yang tidak percaya.

Roh Kudus memperbaharui dan mengubah pola pikir mereka yang telah diselamatkan (Roma 12:2; 2 Korintus 2:15-16). Paulus berkata, "Allah berkenan" (1 Korintus 1:21) untuk menyelamatkan mereka yang percaya kepada-Nya melalui pesan yang tampaknya seperti "kebodohan pemberitaan Injil" bagi dunia (1 Korintus 1:21). Ini adalah salah satu kebenaran yang terbalik dari kerajaan Allah: jalan menuju keselamatan dan kehidupan kekal adalah melalui kematian Yesus Kristus di kayu salib (Yohanes 6:51; 11:25-26; 14:6).

Paulus menyatakan bahwa jalan keselamatan dari Tuhan adalah kebodohan bagi "Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia" (1 Korintus 1:22-25).

Dengan menetapkan rencana keselamatan yang bodoh menurut penilaian dunia, Tuhan mengubah hikmat dunia menjadi kebodohan dan "kebodohan pemberitaan Injil" menjadi kuasa dan hikmat ilahi. Tidak seorang pun dapat mengenal Tuhan melalui pemahaman manusia. Pola pikir duniawi hanya akan memahami Injil sebagai ide yang konyol. Tetapi mereka yang datang kepada Tuhan dengan iman yang rendah hati akan tercerahkan untuk melihat bahwa pesan pengorbanan-Nya yang menebus di kayu salib adalah kuasa dan hikmat Tuhan yang membebaskan manusia dari dosa dan maut serta menuntun mereka kepada kehidupan kekal.