www.GotQuestions.org/Indonesia



Pertanyaan: Apakah yang dimaksud dengan beriman pada Allah?

Jawaban:
Beriman pada Allah berarti mempercayai Dia, berdasarkan pengertian yang benar tentang Diri-Nya, sebagaimana terungkap oleh Alkitab. Iman pada Allah melibatkan persetujuan pada fakta-fakta tentang Allah dan pengandalan fakta-fakta itu yang dapat merubah hidup seseorang.

Iman pada Allah memiliki beberapa bagian. Yang pertama adalah mempercayai bahwa Ia ada. Akan tetapi, dengan sendirinya ini tidak cukup. Sebagaimana diajarkan oleh Yakobus 2:19, para iblis juga mempercayai keberadaan Allah.

Setelah mengakui keberadaan Allah, bagian kedua dari iman pada Allah adalah komitmen. Iman yang tidak menghasilkan perbuatan adalah iman yang mati, bukan iman sejati (Yakobus 2:26).

Akan tetapi, iman di dalam Allah yang memotivasi kita untuk bertindak tidaklah cukup. Supaya iman pada Allah itu benar dan sejati, kita harus menerima Dia sebagaimana Ia diungkapkan dalam Alkitab. Kita tidak diperkenan menerima hanya atribut Allah yang kita pilih dan menolak yang tidak kita suka. Jika kita tidak menerima Allah sebagaimana adanya, maka kita sedang beriman pada allah tiruan karangan kita sendiri. Sebagian besar “agama” melakukan hal ini: merancang allah. Supaya iman pada Allah bersifat benar, maka harus didasari dengan Allah yang benar. Sebagai contoh, Allah di dalam Alkitab bersifat Tritunggal, sehingga iman yang sejati di dalam Allah harus menerima keilahian sang Bapa, Putra, dan Roh Kudus.

Ada berbagai perselisihan pendapat hari ini terkait iman. Ada yang berpikir bahwa iman adalah “kepercayaan dalam hal-hal yang kita ketahui tidak ada.” Banyak “ateis baru” yang menabrakkan iman dengan ilmu sains dan bukti materi. Mereka berpendapat bahwa orang Kristen memiliki iman tentang keberadaan Allah namun kalangan ateis memiliki bukti empiris akan sains. Mereka berkata bahwa umat Kristen memiliki iman, namun para ilmuwan memiliki pengetahuan. Perbandingan ini menunjukkan ketidakpahaman mereka tentang iman pada Allah.

Iman pada Allah bukanlah “lompatan buta” tanpa bukti, atau berlawanan dengan bukti yang ada. Iman adalah percaya. Umat Kristen percaya pada Allah. Orang ateis memiliki iman dalam sains. Jika seorang ateis menggunakan metode sains untuk menemukan obat dan menggunakan obat itu, ia sedang menggunakan imannya. Ia mempercayai datanya, dan ia percaya bahwa obat itu akan menyembuhkannya, bukan meracuninya. Ada satu kelompok yang akan minum obat itu tanpa memikirkan bagaimana cara obat itu dikembangkan atau mempertimbangkan siapakah yang mengembangkan. Ada juga kelompok lain yang hanya akan mengkonsumsi obat itu setelah mempelajari setiap aspek dari riset mereka. Satu orang dapat menggunakan obat itu dengan keyakinan penuh, sedangkan satu orang lagi menggunakannya penuh kewaspadaan. Pada dasarnya, semua orang yang menggunakan obat itu sedang beriman pada obat itu. Pada akhirnya, bukan teguhnya keyakinan iman yang memastikan obat itu akan mujarab, melainkan kualitas obatnya sendiri. Iman yang teguh dalam obat yang tak berguna tidak dapat menyembuhkan orang. Yang berbobot adalah obyek dari iman, bukan kualitas imannya. Kecurigaan terhadap obat yang efektif tidak akan mengurangi kemanjurannya, selama digunakan menurut dosis yang disarankan. Iman adalah kebalikan dari keraguan; faktanya, keraguan bahkan dapat bersemayam di dalam hati orang beriman (baca Markus 9:24). Seseorang dapat sekaligus beriman (mempercayai dan berkomitmen) dan meragukan obyek pengabdiannya.

Ada orang yang mempercayai Allah karena memang sudah terbiasa. Mereka mungkin dibesarkan di rumah tangga Kristen dan diajar Alkitab dari kecil. Mereka telah mengamati karya Allah dalam kehidupan orang lain, dan mereka mempercayai-Nya. Ada juga orang mulai beriman setelah menyelidiki bukti tentang keberadaan Allah. Baik secara kebiasaan atau secara sengaja, mempercayai Allah yang diceritakan Alkitab adalah tanda dari iman sejati.

Sejalan dengan ini, seorang ateis mungkin meneguhkan keyakinannya karena terbiasa atau secara sengaja. Pada akhirnya, ia beriman bahwa Allah tidak ada karena ia mempercayai nalurinya atau penyelidikannya dan berkomitmen hidup secara konsisten dengan keyakinan yang ia pegang. Berbeda dengan klaim “ateis baru,” semua orang mempunyai iman – semua orang mempercayai sesuatu. Adalah mustahil jika hidup tanpa memiliki kepercayaan, meskipun hanya sebatas kelima indra utama. Obyek dari iman kita-lah yang sepenuhnya berbobot.

© Copyright Got Questions Ministries