www.GotQuestions.org/Indonesia



Pertanyaan: Apakah Alkitab itu benar?

Jawaban:
Logika menyaratkan bahwa hanya ada satu “kebenaran” obyektif dalam kaitannya dengan suatu klaim. Klaim yang berlawanan tidak dapat benar sekaligus. Sebagai contoh, pernyataan “kelinci sedang berada dalam kandangnya” dan “kandang kelinci sedang kosong” tidak mungkin benar sekaligus. Evaluasi kebenaran terhadap hal-hal jasmani dan logika juga berlaku dalam hal rohani. Adalah masuk akal jika kita menyatakan bahwa Alkitab benar secara ekslusif. Setelah meneliti Alkitab dengan kriteria penelitian yang sama dengan teks lainnya, kita dapat mengatakan bahwa Alkitab itu benar.

Alkitab mendorong supaya pembacanya mempertimbangkan kepercayaan pribadi mereka (1 Yohanes 4:1), dan juga menghargai mereka yang menguji kebenaran klaim rohani yang dijumpai (Kisah 17:11). Alkitab mendasari klaim yang dibuat dengan fakta sejarah dan saksi mata (Lukas 1:1-4; 2 Petrus 1:16), menghubungkan keyakinan dengan bukti yang tampak (Yohanes 20:30-31), dan mengaitkan ide alkitabiah dengan dunia yang kasat mata (Mazmur 19:1; Roma pasal 1). Secara terbuka, Yesus mengklaim Diri mewakili kebenaran (Yohanes 18:37; 14:6). Jadi, Alkitab dimaksud supaya dianggap benar, secara ekslusif (Yohanes 17:17).

Dimana kita dapat menguji klaim Alkitab terhadap kebenaran yang dapat diuji, Alkitab membuktikan diri akurat. Sejarah, arkeologi, sains, dan filsafat membuktikan bahwa Alkitab bersifat faktual dan konsisten. Hubungan antara berbagai bentuk bukti yang disodorkan dan naratif Alkitab merupakan salah satu keunggulannya di atas agama lainnya. Dalam banyak kasus, hubungan itu menjadi faktor penentu dalam pertobatan pihak skeptis dan orang yang tidak percaya.

Pertanyaan tentang kebenaran Alkitab berbeda dengan pertanyaan mengenai tafsiran sebuah ayat, apakah dimaksud secara harafiah atau secara kiasan. Adalah masuk akal jika kita menyebut sebuah pernyataan atau ungkapan itu benar, meskipun kebenaran itu tidak disuguhkan dalam bentuk harafiah. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan bangkrut akibat kerugian dan orang mengatakan “perusahaan tersebut gulung tikar,” maka pernyataan itu benar – hanya saja tidak dimaksud harafiah. Ungkapan kiasan memang dibuat dengan harapan ditafsirkan secara metaforis. Prinsip yang sama berlaku bagi pernyataan Yohanes Pembaptis tentang Yesus: “Lihatlah Anak domba Allah!” (Yohanes 1:36). Tentunya, pendengarnya dapat meminta klarifikasi, dan diberi tahu bahwa, berdasarkan ayat Perjanjian Lama, Yesus bukanlah secara harafiah hewan ternak yang berbulu, melainkan penggenapan Hukum dan kurban ilahi yang dipilih untuk menebus dunia. Bentuk kiasan pernyataan Yohanes tidak mengurangi kebenarannya, melainkan hanya saja disampaikan secara metaforis. Adalah penting mengingat bahwa Alkitab terdiri dari enam puluh enam kitab yang berbeda, dan setiap kitab mengandung berbagai macam bentuk sastra serta campuran bahasa kiasan dan harafiah.

Lebih dari naskah agama lainnya, Alkitab memberi kita kelimpahan bukti akan kebenarannya. Kombinasi antara kekonsistenan, hubungannya dengan bukti, serta relevansinya dalam pengalaman kita membuat Alkitab benar-benar unik di antara berbagai buku lainnya. Berbeda dari karya tulis agama lainnya, Alkitab mengklaim dirinya benar (2 Timotius 3:16). Berbeda dengan karya tertulis agama lainnya, Alkitab juga membuktikan klaimnya.

© Copyright Got Questions Ministries