www.GotQuestions.org/Indonesia



Pertanyaan: Kenapa Yesus harus mati?

Jawaban:
Ketika kita mengajukan pertanyaan seperti ini, kita harus waspada bahwa kita tidak mempertanyakan kebijakan Allah. Jika kita bertanya kenapa Allah tidak dapat menyediakan "cara lain" untuk melakukan sesuatu, itu berarti kita menganggap cara Allah bukan cara yang paling baik dan cara yang lain mungkin lebih tepat. Pada umumnya cara yang lebih "tepat" adalah cara yang tepat menurut pemikiran kita. Sebelum kita dapat memahami cara Allah bekerja, kita harus mengakui bahwa rancangan Nya bukanlah rancangan kita, dan jalan Nya bukanlah jalan kita - tetapi lebih tinggi dari kita (Yesaya 55:8). Sebagai tambahan, Ulangan 32:4 mengingatkan kita bahwa "Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia." Jadi, rancangan keselamatan Allah merupakan rancangan yang sempurna, adil, dan baik, dan tidak ada seorangpun yang bisa membuahkan rancangan yang lebih baik.

Firman mengatakan, "Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci" (1 Korintus 15:3-4). Sudah terbukti bahwa Yesus yang tanpa dosa menumpahkan darah dan mati di atas kayu salib. Lebih penting lagi, Alkitab menerangkan kenapa kematian Yesus dan kebangkitanNya merupakan satu-satunya jalan ke Surga.

Dosa membawa hukuman mati.

Allah menciptakan bumi dan manusia secara sempurna. Tetapi sejak Adam dan Hawa tidak menaati perintah Allah, Dia harus menghukumnya. Seorang hakim yang memberi grasi kepada para pelanggar hukum bukanlah hakim yang baik. Dengan cara yang sama, tidak menghiraukan dosa akan membuat Allah yang Maha Kudus tidak adil. Kematian adalah konsekuensi Illahi atas dosa. "Sebab upah dosa ialah maut" (Roma 6:23). Perbuatan baik pun tidak bisa membetulkan perbuatan dosa kepada Allah yang kudus. Jika dibandingkan dengan kebaikanNya, "segala kesalehan kami seperti kain kotor" (Yesaya 64:6). Sejak Adam berdosa, setiap manusia telah bersalah tidak mematuhi hukum Allah yang baik. "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23). Dosa tidak hanya mencakup hal yang besar seperti membunuh atau menghujat, tetapi juga hal kecil seperti cinta uang, kebencian terhadap musuh, kebohongan dan kesombongan. Oleh karena dosa, semua orang pantas menerima hukuman mati - terpisah secara abadi dari Allah di neraka.

Janji membutuhkan korban yang tidak berdosa

Walaupun Allah mengusir Adam dan Hawa dari taman Eden, Ia tidak meninggalkan mereka tanpa harapan tentang Surga. Dia berjanji akan menyediakan korban yang akan dibebani hukuman yang seharusnya mereka terima (Kejadian 3:15). Sampai terpenuhinya janji itu, manusia mengorbankan domba yang polos, sebagi tanda pertobatan mereka dari dosa dan tanda iman bahwa Allah akan menyediakan korban yang dapat menanggung hukuman mereka di masa yang akan datang. Allah meneguhkan janjiNya mengenai penyediaan kurban pada Abraham dan Musa. Di sinilah terlihat keindahan rencana agung Allah: Allah sendiri akan menyediakan satu-satunya kurban tunggal (Yesus) yang dapat menebus dosa umatNya. Anak Allah yang sempurna menggenapi persyaratan Allah sesuai dengan hukumNya yang sempurna. Rencana Allah cemerlang dalam kesederhanaannya. "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (2 Korintus 5:21).

Para Nabi menubuatkan kematian Yesus.

Mulai dari Adam sampai dengan Yesus, Allah mengutus nabinya di antara umat manusia, mengingatkan mereka tentang upah dosa dan bernubuat tentang datangnya Sang Mesias. Seorang Nabi bernama Yesaya, menggambarkan Mesias:

Siapa gerangan telah percaya akan kabar kami, dan kepada siapa tangan Tuhan dinyatakan? Karena ia telah tumbuh di hadapan hadirat-Nya seperti taruk muda, seperti sebuah akar dari pada tanah yang kering; maka tiadalah padanya barang keelokan atau kemuliaan, sehingga kita pandang akan dia, dan tiada pula rupanya, sehingga kita rindu akan dia. Bahwa ia dicelakan dan terhina di antara segala manusia, seorang yang kena sengsara dan yang biasa dalam kesukaran; seperti seorang yang dari padanya juga ditudungi oranglah mukanya, demikianlah ia dicelakan, maka kitapun tiada mengindahkan dia. Sebenarnya ditanggungnya segala kelemahan kita dan diangkutnya segala penyakit kita, tetapi pada sangka kita bahwa disengsarakan dan dipalu dan direndahkan Allah akan dia. Tetapi ia sudah kena luka karena sebab segala kesalahan kita, dan iapun dihancurkan karena sebab segala kejahatan kita; bahwa siksa yang mengadakan selamat bagi kita itu berlaku atas dia dan oleh segala bilurnya kitapun disembuhkan. Bahwa sesatlah kita sekalian seperti domba, masing-masing kita balik kepada jalannya sendiri, tetapi segala kejahatan kita ditempuhkan Tuhan kepadanya. Apabila ia itu ditagih maka iapun disengsarakan, tetapi tiada dibukakannya mulutnya; seperti seekor anak domba ia dihantar akan dibantai dan seperti seekor kambing biri-biri kelu di hadapan orang yang mengguntingi bulunya, demikianpun tiada dibukakannya mulutnya. Bahwa iapun diangkat dari dalam kepicikan dan dari dalam pehukuman, maka di antara segala orang zamannya siapakah memperhatikannya, bahwa ia dikerat dari negeri orang yang hidup; karena sebab kesalahan segala umat-Ku maka bala itu sudah berlaku atasnya. Bahwa ditentukan oranglah kuburnya di antara segala orang fasik, tetapi dalam hal matinya adalah ia di antara orang kaya-kaya, karena iapun tiada berbuat dosa, dan tipupun tiada terdapat dari pada mulutnya. Tetapi adalah kehendak Tuhan juga menghancurkan dia dan mempersakiti dia. Apabila sudah diserahkannya nyawanya akan korban karena salah, iapun akan melihat benih dan melanjutkan umur, maka keridlaan Tuhanpun akan beruntung oleh tangannya. Karena sebab kesukaran jiwanya iapun akan melihatnya dan hatinya akan berpuas; dengan pengajarannya juga hamba-Ku yang benar itu akan membenarkan banyak orang, karena akan ditanggungnya segala dosa mereka itu. Maka sebab itu Aku akan mengaruniakan kepadanya suatu bahagian dari pada orang banyak dan diambilnya akan dirinya orang-orang yang berkuasa seolah-olah barang jarahan, sebab sudah dicurahkannya nyawanya ke dalam maut dan iapun dibilang dengan orang durhaka dan sudah ditanggungnya dosa orang banyak dan sudah dipintanya doa akan orang durhaka (Yesaya 53:1-12).

Beberapa ratus tahun kemudian, nubuatan nabi Yesaya digenapi dalam Tuhan Yesus yang sempurna dan tak bercela, yang dilahirkan oleh seorang perawan bernama Maria. Ketika nabi Yohanes Pembaptis melihat Dia, ia berseru, "Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia!" (Yohanes 1:29). Banyak orang mengepung Dia untuk dipulihkan dan diajari, tetapi pengajar agama malah mencemooh Dia. Massa berseru pula, "Salibkan Dia!" Prajurit pun memukuli, mencemooh, dan menyalibkan Dia. Sesuai dengan nubuatan nabi Yesaya, Yesus di salibkan di antara dua penjahat tetapi dikubur di makam orang kaya. Akan tetapi Dia tidak menetap di dalam kubur. Karena Allah telah menerima pengorbanan Sang Domba, Dia menggenapi nubuatan lain dengan cara membangkitkan Yesus dari kematian (Mazmur 16:10; Yesaya 26:19).

Mengapa Yesus harus mati?

Haruslah kita ingat bahwa Allah yang kudus tidak bisa membiarkan dosa tidak terhukum. Jika kita menanggung dosa kita sendiri, maka kita harus menderita penghakiman Allah di dalam api neraka. Puji Tuhan, Dia memenuhi janjiNya untuk menyediakan dan mengorbankan Sang Domba yang sempurna yang menanggung dosa semua yang percaya dalam Dia. Yesus harus mati karena hanya Dia sendiri yang dapat membayar denda dari dosa seluruh umat manusia.

© Copyright Got Questions Ministries