settings icon
share icon
Pertanyaan

Apa yang dimaksud dengan Deisme Terapeutik Moralistik (Moralistic Therapeutic Deism-MTD)?

Jawaban


Istilah Deisme Terapeutik Moralistik (Moralistic Therapeutic Deism-MTD) pertama kali dicetuskan oleh sosiolog Christian Smith dan Melina Lundquist Denton dalam buku mereka yang berjudul Soul Searching: The Religious and Spiritual Lives of American Teenagers (Pencarian Jiwa: Kehidupan Religius dan Spiritual Remaja Amerika) (Oxford University Press) pada tahun 2005. Berdasarkan penelitian yang ekstensif, mereka mengidentifikasi kepercayaan utama remaja Amerika, bahkan mereka yang mengaku sebagai orang Kristen. Mereka menamai kepercayaan inti tersebut sebagai Moralistic Therapeutic Deism atau MTD (Deisme Terapeutik Moralistik). Lima keyakinan inti dari MTD adalah sebagai berikut:

1. Ada Tuhan yang menciptakan dan mengatur dunia serta mengawasi kehidupan manusia di bumi.

2. Tuhan ingin agar manusia bersikap baik, ramah, dan adil terhadap satu sama lain, seperti yang diajarkan dalam Alkitab dan sebagian besar agama di dunia.

3. Tujuan utama kehidupan adalah untuk menjadi bahagia dan merasa nyaman dengan diri sendiri.

4. Tuhan tidak perlu terlibat secara khusus dalam kehidupan seseorang kecuali ketika Tuhan dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah.

5. Orang baik akan masuk surga ketika mereka mati.

Kepercayaan Deisme Terapeutik Moralistik bersifat "moralistik" karena mereka menempatkan nilai yang tinggi pada "menjadi baik" seperti yang ditemukan di poin #2 dan #5, di atas. Baik benar-benar didefinisikan oleh budaya populer dan bukan oleh perintah-perintah moral Alkitab. Jadi, menoleransi perilaku yang disebut Alkitab sebagai dosa dapat dilihat sebagai "baik", sementara menyebut perilaku tersebut sebagai "dosa" dapat dilihat sebagai tidak toleran atau penuh kebencian, dan itu buruk.

Kepercayaan Deisme Terapeutik Moralistik bersifat "terapeutik" karena nilai utamanya adalah merasa nyaman dengan diri sendiri seperti yang diartikulasikan dalam kepercayaan # 3 dan # 4, di atas. "Tugas" Tuhan adalah menjaga kita.

Para penulis menggunakan kata deisme karena, dalam Deisme Terapeutik Moralistik, Tuhan ada sebagai Sang Pencipta, tetapi Dia relatif tidak terlibat (kepercayaan #1 dan #4, di atas). Para penganut deisme keberatan dengan penggunaan istilah ini karena, dalam deisme sejati, Tuhan tidak pernah campur tangan dalam urusan manusia. Dia menciptakan kita, tetapi Dia membiarkan kita sendiri. Karena alasan ini, beberapa orang menyarankan agar menggunakan istilah teisme sebagai istilah yang lebih baik. Penganut teisme percaya bahwa Tuhan itu ada dan Dia dapat dan memang melakukan intervensi dari waktu ke waktu ketika dibutuhkan, sebagai jawaban atas doa, dll.

Namun, poin yang paling penting mengenai Deisme Terapeutik Moralistik bukanlah perbedaan antara teisme dan deisme, tetapi seberapa jauh beberapa anak muda dari kebenaran Alkitab. Keyakinan MTD juga tidak terisolasi pada generasi Milenial. Tampaknya banyak orang yang hanya memandang Tuhan sebagai "jin kosmik", "tukang lonceng ilahi", atau montir bantuan di pinggir jalan-Anda tidak mengenal-Nya atau tidak perlu mengenal-Nya, tetapi Anda dapat memanggil-Nya ketika Anda mogok dan Dia akan datang dan membantu Anda kembali. Hal yang paling penting, menurut MTD, adalah menjadi baik, ramah, dan toleran, dan pada akhirnya Tuhan akan menerima Anda di surga. Pandangan ini mungkin dipegang oleh banyak orang Amerika dan tampaknya menjadi "agama sipil" yang dominan, yang menekankan hubungan horizontal dengan orang lain tetapi meminimalkan hubungan dengan Tuhan. Singkatnya, MTD menempatkan manusia sebagai pusat dan, pada akhirnya, setiap individu sebagai pusat dari sistem kepercayaannya sendiri.

Orang-orang Kristen yang alkitabiah akan memiliki masalah dengan kelima poin utama dari Deisme Terapeutik Moralistik:

1. Bukan hanya ada "tuhan", tetapi Tuhan dalam Alkitab, yang telah menyatakan diri-Nya sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Barangsiapa tidak menghormati Yesus Kristus sebagai Tuhan, ia tidak menghormati Tuhan (lihat Yohanes 5:23).

2. Tuhan tidak hanya ingin manusia menjadi "baik" tetapi memerintahkan mereka untuk menaati-Nya. Dialah yang mendefinisikan apa yang baik dan benar. Dia menyebut dosa sebagai "dosa" dan berjanji untuk menghakiminya (lihat Roma 1:18-32).

3. Tujuan utama dari kehidupan adalah untuk memuliakan Tuhan. Hasil sampingannya mungkin adalah kita merasa nyaman dengan diri kita sendiri, tetapi bukan itu tujuannya (lihat Roma 11:36).

4. Tujuan utama kita sebagai orang percaya adalah untuk senantiasa selaras dengan Tuhan, mengikuti pimpinan-Nya dan bersekutu setiap hari dengan-Nya. Kita harus "Tetaplah berdoa" (1 Tesalonika 5:17).

5. Tidak ada seorang pun yang cukup baik untuk masuk surga. Semua orang telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23); tidak ada seorang pun yang cukup baik, dan itulah sebabnya kita membutuhkan Yesus, Tuhan yang menjadi manusia. Dia menjalani kehidupan yang sempurna yang tidak dapat kita jalani, dan Dia mati untuk menebus dosa kita sehingga kita dapat diperkenan oleh Tuhan. "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh" (1 Petrus 2:24).

Deisme Terapeutik Moralistik bukanlah agama resmi. Mungkin tidak ada seorang pun yang akan mengidentifikasi dirinya sebagai seorang "Penganut Deisme Terapeutik Moralistik." Masalah yang sebenarnya adalah bahwa moralisme bukanlah Kekristenan, dan kebanyakan orang yang memegang kepercayaan ini cenderung mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Kristen, padahal sebenarnya mereka hidup untuk memuliakan diri mereka sendiri!

English



Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia

Apa yang dimaksud dengan Deisme Terapeutik Moralistik (Moralistic Therapeutic Deism-MTD)?
Bagikan halaman ini: Facebook icon Twitter icon Pinterest icon Email icon
© Copyright Got Questions Ministries