settings icon
share icon
Pertanyaan

Apakah Alkitab menyebutkan berapa usia yang tepat untuk menikah?

Jawaban


Alkitab tidak menetapkan persyaratan usia tertentu bagi seseorang untuk menikah; sebaliknya, ini berbicara dalam istilah umum bahwa pernikahan diperuntukkan bagi mereka yang “dewasa” (lihat Rut 1:12–13). Baik bahasa maupun budaya Alkitab sangat mendukung gagasan bahwa pubertas, setidaknya, adalah suatu kondisi yang harus dipenuhi sebelum menjadi pasangan seseorang. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan historis pernikahan—mengandung dan membesarkan anak. Bukti Alkitab menunjukkan bahwa mereka yang terlalu muda untuk mempunyai anak tidak dapat dinikahkan, meskipun tidak ada batasan usia yang jelas dalam Alkitab.

Masuk akal untuk melihat praktik Yudaisme kuno untuk pertimbangan budaya mengenai usia yang tepat untuk menikah. Menurut tradisi, anak laki-laki tidak dianggap “pria dewasa”, dan oleh karena itu tidak dapat dinikahi, sampai usia 13 tahun. Anak perempuan tidak dianggap “wanita dewasa” sampai usia 12 tahun. Usia-usia ini kurang lebih sesuai dengan permulaan pubertas. Meskipun usia tersebut mungkin tampak terlalu muda bagi kita, secara historis, usia tersebut bukanlah usia yang tidak biasa untuk menikah. Baru sekitar satu abad terakhir ini usia rata-rata untuk menikah telah bergeser ke akhir dua puluhan dan awal tiga puluhan.

Penting juga untuk diingat bahwa kedewasaan—yang sering digunakan sebagai tolok ukur untuk mengizinkan seksualitas dan pernikahan—sangat bersifat budaya. Di negara-negara Barat modern, masyarakat pada umumnya tidak diharapkan bisa mandiri sampai mereka hampir berusia dua puluhan, atau bahkan setelahnya. Namun, dalam sebagian besar sejarah manusia, manusia diharapkan “tumbuh” lebih cepat. Usia untuk menikah biasanya masih muda, karena setiap orang diharapkan menjadi dewasa secara sosial dan emosional lebih cepat dibandingkan saat ini.

Bahasa Ibrani juga mendukung gagasan bahwa pubertas merupakan persyaratan untuk pernikahan yang sah. Yehezkiel 16 memuat metafora hubungan Allah dengan Israel. Dalam bagian ini, Tuhan peduli terhadap Israel, digambarkan sebagai seorang gadis yatim piatu dalam berbagai tahap perkembangan. Tuhan pertama-tama melihat kelahirannya, lalu memperhatikannya bertumbuh: “Engkau menjadi besar dan sudah cukup umur, bahkan sudah sampai pada masa mudamu. Maka buah dadamu sudah montok, rambutmu sudah tumbuh, … Maka Aku lalu dari situ dan Aku melihat engkau, sungguh, engkau sudah sampai pada masa cinta berahi. Aku menghamparkan kain-Ku kepadamu” (ayat 7–8). Dalam ilustrasi ini, hanya setelah gadis tersebut mencapai kematangan fisik, suatu saat setelah (bukan selama) masa pubertas ketika dia “cukup umur untuk mencintai”, barulah dia siap untuk menikah.

Bahasa Ibrani, seperti bahasa lainnya, menggunakan kata-kata yang berbeda untuk anggota yang lebih muda dan lebih tua dari kedua jenis kelamin. Na'ar mengacu pada pria muda, sedangkan yeled mengacu pada anak laki-laki berusia 12 tahun ke bawah. Bagi perempuan, na'arah berarti “perempuan yang layak untuk menikah,” sedangkan yaldah mengacu pada gadis berusia 11 tahun ke bawah—terlalu muda untuk menikah. Sekali lagi, kata-kata dan definisi di atas nampaknya menguatkan gagasan bahwa masa pubertas merupakan syarat untuk menikah. Sebelum waktu tersebut, seorang laki-laki atau perempuan belum cukup umur untuk menikah.

Perjanjian Baru bahkan tidak banyak bicara tentang usia menikah. Namun, ada petunjuk-petunjuk dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru yang serupa dengan petunjuk-petunjuk dalam bahasa Ibrani. Misalnya, 1 Korintus 7:36 menggunakan kata hyperakmos yang mengacu pada perempuan. Dalam hal ini, dia adalah seorang wanita muda yang telah bertunangan dan akan menikah. Hyperakmos secara harafiah berarti “matang”, sebuah eufemisme yang umum di banyak budaya untuk menggambarkan kemampuan seorang wanita dalam melahirkan anak. Paulus memakai kata ini dengan jelas menunjukkan bahwa usia untuk menikah adalah setelah masa pubertas, ketika seorang wanita sudah dewasa. Namun Alkitab tidak menetapkan usia pasti untuk menikah: kedewasaan fisik adalah suatu keharusan, tetapi kapan seorang gadis mencapai kedewasaan bisa berbeda-beda. Anak berusia 12 tahun dalam Markus 5:41-42 masih merupakan “gadis kecil” dan jelas belum siap untuk menikah.

Seperti banyak isu lainnya, usia yang tepat untuk menikah mempunyai komponen budaya yang tidak secara spesifik dikesampingkan oleh Alkitab. Apa yang dimaksud dengan usia pernikahan yang pantas dapat berbeda dari satu budaya ke budaya yang lain dan masih berada dalam batas-batas perilaku yang sesuai dengan Alkitab. Intinya adalah pedofilia dan pernikahan anak tidak bisa diterima. Seseorang harus sudah dewasa untuk menikah; dia harus cukup dewasa secara fisik untuk seksualitas dan melahirkan anak. Selain itu, Alkitab tidak menentukan usia minimum untuk menikah.

English



Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia

Apakah Alkitab menyebutkan berapa usia yang tepat untuk menikah?
Bagikan halaman ini: Facebook icon Twitter icon Pinterest icon Email icon
© Copyright Got Questions Ministries