www.GotQuestions.org/Indonesia



Apa tujuan terjadinya air bah pada zaman Nuh? Mengapa Tuhan membanjiri bumi?

Jawaban:
Kejadian 6 memberikan kisah menyedihkan tentang keadaan umat manusia sebelum terjadinya air bah di zaman Nuh. Kejadian 6:5 menyatakan, “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.” Tingkat dosa dan korupsi di antara populasi manusia sangat mencengangkan: orang-orang “selalu” berpikir untuk melakukan kejahatan. Kejahatan umat manusia akan mengakibatkan penyakit, pertumpahan darah, dan kematian. Kelompok yang lemah atau tidak sehat (bayi, anak-anak, perempuan, dan orang cacat) akan dieksploitasi dan terus-menerus berada dalam bahaya karena tindakan jahat orang lain.

Selain itu, “anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka” (Kejadian 6:2). Dalam bahasa Ibrani, “anak-anak Allah” ini adalah “bene elohim.” Istilah ini biasanya diterapkan pada malaikat (lihat Ayub 1:6). Kitab Kejadian sepertinya menyatakan bahwa, entah bagaimana, ada persatuan fisik antara malaikat dan manusia perempuan. Keturunan yang tidak wajar dari persatuan ini adalah “Nefilim” (Kejadian 6:4). Kata Nefilim secara langsung diambil dari bahasa Ibrani. Akar kata kuno dari kata tersebut menyiratkan “kejatuhan”. Apapun arti sebenarnya dari kata tersebut (dalam beberapa versi Alkitab kata ini diterjemahkan sebagai “raksasa”), Alkitab menggambarkan Nefilim sebagai “orang-orang yang gagah perkasa di zaman purbakala, orang-orang yang kenamaan.” Beberapa teolog percaya bahwa Tuhan tidak bisa membiarkan keturunan yang rusak ini ada di bumi, dan itulah salah satu penyebab terjadinya air bah.

Apa yang dapat dipahami tanpa keraguan adalah bahwa dunia pada masa itu, dunia Nuh, sangatlah rusak dan sesat. Kejadian 6:6 memberitahu kita bahwa “maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.” “Penyesalan” Tuhan tidak seperti penyesalan kita. Menciptakan umat manusia menurut gambar Allah bukanlah sebuah “kesalahan” di pihak Tuhan. Kata Ibrani nahem juga dapat diterjemahkan “berduka.” Perbuatan bejat umat manusia mendukakan Tuhan di dalam hati maha kudus-Nya.

Tuhan menanggapi dosa manusia dengan cara yang kudus dan benar, namun juga dengan cara yang menyelamatkan umat manusia. “Berfirmanlah TUHAN: ‘Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka.’ Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN” (Kejadian 6:7–8). Ya, semua manusia di bumi mati kecuali delapan orang yang didapati benar di mata Tuhan: Nuh, istri Nuh, dan ketiga putra Nuh beserta istri mereka. Alkitab menunjukkan bahwa Nuh bersaksi kepada dunia tentang datangnya air bah selama 120 tahun. Orang-orang yang binasa dalam air bah meninggal karena mereka menolak mengakui Tuhan atau mencari pengampunan-Nya. Sebaliknya, Nuh digambarkan sebagai orang yang benar, tidak bercela, dan taat karena ia “hidup bergaul dengan Allah” (Kejadian 6:9).

Nuh dan keluarganya menjadi nenek moyang kita. Populasi dunia Nuh yang tercemar dan tidak saleh lenyap dari bumi. Umat ​​manusia diselamatkan, dan dari garis keturunan Nuh yang saleh datanglah Anak Manusia, Yesus Kristus, Tuhan kita, yang mati untuk menyelamatkan mereka yang memanggil nama-Nya.

© Copyright Got Questions Ministries